JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Satuan Karya Ulama Partai Golkar Ali Yahya mengatakan, Aburizal Bakrie akan menghadapi persaingan ketat jika akhirnya memilih menjadi calon wakil presiden. Hal itu karena banyak tokoh Golkar yang berpotensi menjadi wapres.
Yahya mengatakan, Aburizal tidak dapat seenaknya "turun kelas" menjadi cawapres karena sudah ditunjuk sebagai calon presiden dalam tiga rapat pimpinan nasional. Andai Aburizal ingin menjadi cawapres, maka penunjukannya harus melalui mekanisme Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) VI Partai Gokar.
Yahya memperkirakan langkah Aburizal menjadi cawapres tidak akan berjalan mulus. Hal itu karena banyak tokoh dari Golkar yang berminat mengisi jabatan nomor dua di Indonesia tersebut.
"Posisi calon wakil presiden ini adalah barang baru, jadi akan banyak peminatnya," kata Yahya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (8/5/2014).
Selain Aburizal, setidaknya ada enam calon wakil presiden lain yang diunggulkan di internal partai tersebut. Tiga orang diusulkan oleh Dewan Pertimbangan Partai Golkar, yakni Jusuf Kalla, Luhut Panjaitan, dan Akbar Tandjung. Adapun tiga orang lain belum diusulkan secara resmi, tetapi mulai mengemuka, yakni Ginanjar Kartasasmita, Agung Laksono, dan Priyo Budi Santoso.
Dalam rapimnas tersebut, Golkar juga akan memutuskan apakah akan maju poros sendiri jika berhasil mendapatkan mitra koalisi. Untuk saat ini, kata Yahya, Golkar belum dapat memastikan apakah akan memimpin gerbong politik baru karena masih mengamati pergerakan politik dari parati lain.
"Demokrat dan PKS belum ambil sikap, ini harus diamati. Jangan-jangan mereka bisa membentuk poros tengah," kata Yahya.
Seusai bertemu dengan Prabowo di Hambalang, Bogor, Senin (5/5/2014), Aburizal menyatakan tidak keberatan jika kelak menjadi bakal cawapres bagi Prabowo. Menurut dia, jabatan presiden atau wapres hanya instrumen yang tak perlu diributkan.
"Saya enggak keberatan (jadi cawapres), Pak Prabowo juga enggak keberatan," kata pria yang kerap disapa Ical tersebut.
Ical mengatakan sudah menemukan kesepakatan mengenai sikap politik dalam menghadapi pemilu presiden. Meski tidak disebutkan secara gamblang, sinyal koalisi kedua partai itu semakin kuat. "Mau di nomor satu, nomor dua, enggak masalah. Posisi presiden dan wakil presiden hanya instrumen untuk mewujudkan kebaikan bangsa, kebaikan negara," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.