JAKARTA, KOMPAS.com — Tingginya elektabilitas bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) tak dapat dibantah. Namun, elektabilitas itu melejit bukan karena efek Jokowi semata, melainkan juga dipengaruhi oleh sentimen publik terhadap figur bakal capres lainnya.
Hal itu dikatakan Direktur Freedom Institute Luthfi Assyaukani, yang berkaca pada pengalaman di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta dua tahun lalu. Ketika itu, kejenuhan publik terhadap Gubernur DKI Jakarta saat itu, Fauzi Bowo, menjadi buah manis untuk Jokowi karena dianggap sebagai calon gubernur alternatif.
"Banyak yang ingin menangkan Jokowi, tapi hanya karena tak ingin figur lain memenangkan pilpres," kata Luthfi dalam diskusi di Cikini, Jakarta, Rabu (7/5/2014).
lebih jauh, Luthfi meyakini bahwa akan ada tiga poros di pilpres nanti. Selain poros PDI Perjuangan yang mengusung Jokowi, juga akan muncul poros Partai Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto sebagai bakal capres. Poros ketiga akan dipimpin oleh Partai Golkar atau Partai Demokrat.
"Tapi head to head-nya antara Jokowi dan Prabowo," ujarnya.
Seperti diberitakan, sejumlah pengamat juga meyakini pertarungan pada Pilpres 2014 akan melibatkan Jokowi dan Prabowo. Dua figur ini memiliki elektabilitas teratas dan memiliki daya tarik untuk berkoalisi dengan partai lain.
Jokowi secara tegas menolak menjalankan langkah politik transaksional. Sementara itu, Prabowo menginginkan koalisi besar untuk menyolidkan kinerja pemerintah dan parlemen. Nama bakal cawapres untuk kedua figur tersebut masih dibahas di internal partainya masing-masing.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.