JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Burhanudin Muhtadi mengkritik pertemuan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarno Putri dan bakal calon presiden PDI-P Joko Widodo (Jokowi) dengan para duta besar negara-negara tetangga.
Menurut Burhanuddin, pertemuan tersebut dapat menimbukan pertanyaan di benak masyarakat. Cara PDI-P yang sengaja menampilkan pertemuan tersebut di media massa adalah sikap yang tidak perlu.
"Itu ada miss organisasi lagi, kalau mau ketemu dubes kenapa harus terbuka kepada publik dan dilakukan di rumah pengusaha? Itu menimbulkan pertanyaan publik yang tak perlu," kata Burhan di Jakarta, Selasa (15/4/2014).
Dengan ditampilkannya pertemuan tersebut di publik, Burhanuddin menilai ada kesan Megawati dan Jokowi telah membuat kesepakatan tertentu dengan pihak asing jika nantinya Jokowi terpilih menjadi presiden.
"Jadi buat saya menampilkan satu pertemuan dengan pihak asing itu secara komunikasi publik tidak baik. Ada kesan Mega, Jokowi dan PDIP membangun kesepakatan," ujarnya.
Sementara itu, pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya menilai pertemuan itu dapat menjadikan Jokowi sasaran empuk bagi lawan politiknya. Pertemuan itu akan dijadikan isu untuk menyebut Jokowi boneka asing.
"Pertemuan seperti itu sudah biasa dimanfaatkan oleh lawan politik. Misalnya, SBY yang disebut sebagai presiden neo-lib," ujarnya.
Sebelumnya, Jokowi mengaku pertemuan dengan para dubes itu adalah kesempatan belajar tata pergaulan internasional sekaligus menjajaki dukungan negara sahabat untuk pencalonannya. Hadir dalam pertemuan itu antara lain Dubes Turki, Dubes AS, Dubes Peru, Dubes Mexico, Dubes Norwegia, dan Dubes Inggris.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.