JAKARTA, KOMPAS.com - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Sholahuddin Wahid mengatakan, sebaiknya Partai Kebangkitan Bangsa tidak berkoalisi dengan partai mana pun jika tidak bisa mengusung salah satu figur kandidat calon presiden yang dimiliki partai tersebut dalam pemilu presiden mendatang.
"Kalau tidak bisa mengusung salah satu nama, yaitu Mahfud MD atau Rhoma, ya, ngapain koalisi? Lebih baik memimpin koalisi partai papan tengah karena secara otomatis lebih berpeluang mengusung (capres) sendiri," kata Sholahuddin Wahid atau Gus Sholah seperti dikutip dari Antara.
Secara pribadi, Gus Shola mengaku lebih mendukung PKB mengusung Mahfud sebagai bakal capres maupun bakal cawapres. Hal itu, menurut dia, karena Mahfud sosok yang tepat untuk menata atau memperbaiki kondisi bangsa yang tengah karut-marut di bidang penegakan hukum.
"Masalah lain seperti ekonomi memang krusial. Namun, dari kompleksitas persoalan bangsa ini bermuara dari lemahnya penegakan hukum. Oleh karena itu, saya lebih cenderung mendukung Pak Mahfud untuk diusung, entah sebagai (bakal) capres maupun sebagai (bakal) cawapres," ujarnya.
Selain itu, dia menyarankan sebaiknya Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar mengurungkan niatnya untuk maju sebagai cawapres. Menurut dia, apabila usulan tersebut berasal dari internal PKB, merupakan hal yang wajar sebagai wujud penyampaian aspirasi.
"Apabila ada usulan dari internal (PKB), saya cukup memahami. Namun, kalau Muhaimin justru menyambut (menyetujui) usulan tersebut, maka saya jadi tidak paham kepada Muhaimin," ujarnya.
Gus Sholah mengatakan bahwa usulan internal PKB itu merupakan hal wajar karena perolehan suara partai itu mengalami kenaikan cukup siginfikan pada Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, 9 April lalu. Namun, menurut dia, PKB yang telah menggadang-gadang beberapa tokoh, seperti Mahfud dan Rhoma Irama, lebih etis jika Muhaimin meminta pendapat kedua tokoh tersebut.
"Bahkan, (meminta pendapat) kepada para kiai yang selama ini membantu membangkitkan gairah nahdiyin untuk kembali membesarkan PKB, seperti K.H. Hasyim Muzadi dan K.H. Ma'ruf Amin," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.