Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/04/2014, 06:36 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Berdasarkan perkiraan perolehan suara setiap partai politik peserta Pemilu 2014 menurut beragam data hitung cepat, Partai Amanat Nasional menyatakan tak ingin bergabung dalam "koalisi gemuk". Dukungan lebih penting daripada jumlah partai.

"Partai-partai yang mencalonkan presiden perlu membangun kebersamaan untuk membentuk pemerintahan," kata Ketua Umum PAN Hatta Rajasa, di Jakarta, Jumat (11/4/2014). "Makin banyak, makin baik. Banyak itu bukan partainya, melainkan dukungannya."

Hatta pun menggunakan pengalaman koalisi dalam dua periode pemerintahan terakhir sebagai pembanding. "Jangan sampai seperti pengalaman. (Koalisi) banyak partai, tapi setelah memutuskan sesuatu yang kritis, semua balik badan."

Sejauh ini, tutur Hatta, partainya sudah melakukan pembicaraan dengan sejumlah petinggi partai lain. Menurut dia, pembicaraan antar-partai tersebut bukan membahas bagi-bagi kursi. "Tentu sudah ada pembicaraan-pembicaraan, tapi tak dalam konteks dagang sapi," ujar dia.

Hatta mengatakan punya kepedulian khusus soal platform ekonomi dari masing-masing partai bagi perekonomian Indonesia ke depan. "Saya bisa mengatakan sebagai Menko Perekonomian, ini lho tantangan kita ke depan. Yang kita hadapi tuh ini-ini," ujarnya.

Sejumlah partai, sebut Hatta, punya platform yang mendekati milik PAN. "Tentu kami bicara dengan semua. (Tapi yang punya platform mirip), PDI-P, Gerindra, Demokrat, dan PKB," sebut dia.

Hasil hitung cepat kejutkan pengusaha

Sebelumnya, sejumlah pengusaha mengaku terkejut dengan hasil hitung cepat berbagai lembaga yang menempatkan PDI-P, Golkar, serta Partai Gerindra sebagai tiga besar teratas. Komentar antara lain datang dari Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi.

Sofjan berkomentar ternyata untuk memuluskan seseorang melaju di Pemilu Presiden 2014 ini tidak bisa dilakukan dengan pola "one man show". "(Indonesia) harus dipimpin oleh orang yang bisa bekerja sama," kata dia.

Menurut Sofjan, secara teknis pemerintahan akan sulit berjalan efektif ketika ada banyak partai yang lolos ke parlemen. Pasti lebih banyak menimbulkan ketidakpastian. Itu yang terjadi di pengalaman (Pemilu) 2009," ujar dia, ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (10/4/2014).

Koalisi gemuk pun menurut pengalaman pengusaha sangat menyusahkan. Betapa tidak, kata Sofjan, keputusan-keputusan, termasuk terkait perekonomian, menjadi lambat. "Keluar undang-undang yang saling overlaping, menimbulkan ketidakpastian usaha, tidak ada kejelasan anggaran belanja dan infrastruktur."

Ditanya perihal prediksi koalisi, Sofjan menyebut ada baiknya PDI-P berkoalisi dengan Golkar. "Ditambah PKB-nya, itu sudah cukup menjadi koalisi. Enggak perlu politik dagang sapi," kata dia.

Wakil Ketua Apindo Anton J Supit, menuturkan, hasil pemilihan legislatif kali ini sungguh di luar dugaan. Secara pribadi, Anton memperkirakan PDI-P bakal mengantongi lebih dari 20 persen, ternyata tidak demikian. "Harapan kami ada satu partai yang dominan sehingga politik dagang sapi hilang," aku dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com