Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kritik Tak Lagi Menggelitik Para Wakil Rakyat...

Kompas.com - 26/02/2014, 06:54 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sudah tak terhitung banyaknya imbauan, bahkan kritik, untuk menggenjot kinerja anggota Parlemen di Senayan. Tetapi, hasilnya belum tampak. Sekeras apa pun meneriakkan kritik itu, gaungnya seolah tak sampai kepada para anggota Dewan.

Tingkat kehadiran anggota DPR justru makin jeblok, dengan torehan prestasi minim. Lihat saja sidang-sidang DPR yang digelar sepanjang 2014 ini. Tudingan bahwa DPR "sakit" mendapatkan gambaran gejala yang nyata.

Ruang rapat semakin sering kosong, paripurna beberapa kali sulit mencapai kuorum. Anggota Parlemen lebih banyak turun ke daerah pemilihan masing-masing. Dalih mereka, menemui konstituen, mengamankan suara. Soal etika sudah entah ke mana.

Wakil Ketua Badan Kehormatan DPR Siswono Yudho Husodo mencatat lebih dari 90 persen anggota DPR saat ini kembali mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif untuk Pemilu 2014. Artinya, dari 560 anggota DPR, 501 di antaranya kembali mencalonkan diri untuk menjadi anggota DPR lagi pada periode 2014-2019.

Siswono tak menampik bahwa tingkat kehadiran anggota DPR merosot tajam sepanjang 2014. BK DPR sebenarnya telah secara khusus membahas masalah ini bersama pimpinan DPR dan sembilan ketua fraksi di Parlemen. Namun, kata dia, tetap saja instruksi itu bak angin bertiup, berlalu, tak menapak.

Barangkali, persoalan ini tak terasa mengganjal bila sejak awal DPR bekerja sesuai harapan publik. Minimal, menyelesaikan program legislasi nasional. Faktanya, baru 20 dari 77 rancangan undang-undang (RUU) dalam program legislasi nasional yang rampung selama masa sidang 2013.

Pada dua bulan 2014, baru tiga RUU yang diselesaikan, dari 66 RUU yang ditargetkan untuk program legislasi nasional tahun ini. "Kalau ditanya, secara pribadi saya justru sangat tidak puas dengan kinerja DPR," kata Siswono, Selasa (25/2/2014).

Buruk sistem partai politik

Menurut pengamat sosiologi politik dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito, ada dua penyebab jebloknya tingkat kehadiran anggota DPR. Kedua penyebab itu adalah buruknya sistem yang dijalankan semua partai politik dan menipisnya komitmen dari setiap anggota DPR.

Dengan mekanisme suara terbanyak untuk seseorang terpilih menjadi anggota legislatif dalam Pemilu Legistif 2014, kata Arie, seharusnya partai dapat peka mencium kekhawatiran semua calon anggota legislatif petahana. Fakta yang terjadi sangat berbeda, partai abai dan akhirnya semua calon itu berjalan sendiri-sendiri mengupayakan perolehan suara tinggi untuk pemilu legislatif.

"Jadi ada kepentingan kolektif caleg incumbent (petahana). Maka tidak cukup dengan kritik, tidak mempan. Di sini pemilih harus hati-hati dalam memilih, perbanyak informasi mengenai caleg-caleg itu," ujar Arie.

Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, menuturkan hal senada. Baginya, tak ada yang mengejutkan jika tingkat kehadiran anggota DPR semakin merosot karena mayoritas anggota DPR kembali mencalonkan diri dan sibuk menemui konstituen di dapil masing-masing.

Menurut Hamdi, jebloknya kinerja DPR juga merupakan hasil dari buruknya mekanisme partai dalam menentukan kader yang akan diajukan sebagai calon anggota legislatif. Umumnya partai tidak mengajukan kader terbaik, tetapi malah terjebak dalam kultur oligarki alias memprioritaskan kader populer atau yang kuat dari sisi finansial.

"Anggota DPR kita belum sampai mikirin etika, hanya takut pada fraksinya karena rakyat tak punya kewenangan untuk memberhentikan antarwaktu. Badan Kehormatan (DPR) juga tidak bergigi, akhirnya kita teriak mengkritik juga tak terdengar," kecam Hamdi.

Dalam sebuah kesempatan, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mengaku kewalahan menggenjot tingkat kehadiran anggota DPR. Dia menganggap ada salah kaprah ketika kesibukan di daerah pemilihan justru mengorbankan tugas pengawasan dan legislasi di Parlemen.

Terpisah, Ketua BK DPR Trimedya Panjaitan meminta masyarakat terus memantau kinerja anggota DPR yang maju sebagai calon anggota legislatif. Dia berharap masyarakat jeli dan tak memilih anggota DPR yang pemalas dan bermasalah. "Orang-orang malas tidak usah dipilih lagi. Rakyat sudah tahu mana anggota DPR yang bolos, yang bermasalah, dan partainya yang bermasalah," ucap Trimedya.

DPR sejatinya adalah lembaga, bukan orang per orang. Lembaga ini memiliki beragam fungsi, termasuk pengawasan, untuk menyeimbangkan kebijakan pemerintah agar selalu berpihak pada rakyat.

Melalui 560 anggota DPR, rakyat dari ujung timur sampai barat Nusantara berharap aspirasi mereka terjembatani. Namun, apa mau dikata, bila kritik sudah tak mampu menggelitik, ketika para wakil rakyat lebih sibuk "berjualan diri" agar terpilih kembali?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Rapat Bareng Jokowi, Telkomsigma Sebut Peretasan PDN Bisa Diselesaikan

Usai Rapat Bareng Jokowi, Telkomsigma Sebut Peretasan PDN Bisa Diselesaikan

Nasional
Menkominfo dan Kepala BSSN 'Menghilang' usai Ratas PDN di Istana, Tak Ikut Beri Keterangan Pers

Menkominfo dan Kepala BSSN "Menghilang" usai Ratas PDN di Istana, Tak Ikut Beri Keterangan Pers

Nasional
Jaksa KPK Ungkap Anak SYL Indira Chunda Kembalikan Uang Rp 293 Juta

Jaksa KPK Ungkap Anak SYL Indira Chunda Kembalikan Uang Rp 293 Juta

Nasional
Pastikan Data di Kementeriannya Aman, Menpan-RB: Kita Ada 'Backup' Data

Pastikan Data di Kementeriannya Aman, Menpan-RB: Kita Ada "Backup" Data

Nasional
Nasdem Sebut Presiden PKS Ralat Pernyataan, Wagub Diserahkan ke Anies

Nasdem Sebut Presiden PKS Ralat Pernyataan, Wagub Diserahkan ke Anies

Nasional
Hal Memberatkan Tuntutan Eks Sekjen Kementan, Tak Dukung Pemberantasan Korupsi

Hal Memberatkan Tuntutan Eks Sekjen Kementan, Tak Dukung Pemberantasan Korupsi

Nasional
Tuntutan SYL, Ada Pengembalian Uang dari Ahmad Sahroni dan Nasdem

Tuntutan SYL, Ada Pengembalian Uang dari Ahmad Sahroni dan Nasdem

Nasional
Eks Direktur Alsintan Kementan Dituntut 6 Tahun Bui

Eks Direktur Alsintan Kementan Dituntut 6 Tahun Bui

Nasional
Budi Arie Didesak Mundur, Projo: Masak Komandan Kabur?

Budi Arie Didesak Mundur, Projo: Masak Komandan Kabur?

Nasional
Selain Penjara 12 Tahun, SYL Juga Dituntut Bayar Uang Pengganti Rp 44,2 Miliar dan 30.000 Dollar AS

Selain Penjara 12 Tahun, SYL Juga Dituntut Bayar Uang Pengganti Rp 44,2 Miliar dan 30.000 Dollar AS

Nasional
Dugaan Pemerasan di Kementan, Eks Sekjen Dituntut 6 Tahun Kurungan

Dugaan Pemerasan di Kementan, Eks Sekjen Dituntut 6 Tahun Kurungan

Nasional
Buntut Peretasan, Pemerintah Kaji Contoh Pengelolaan PDN di Luar Negeri

Buntut Peretasan, Pemerintah Kaji Contoh Pengelolaan PDN di Luar Negeri

Nasional
Bertemu Delegasi Parlemen Thailand, Menpan-RB Anas Bahas Transformasi Digital

Bertemu Delegasi Parlemen Thailand, Menpan-RB Anas Bahas Transformasi Digital

Nasional
Presiden PKS Bertemu Surya Paloh Sebelum Umumkan Anies-Sohibul, Nasdem Ungkap Isi Pembicaraan

Presiden PKS Bertemu Surya Paloh Sebelum Umumkan Anies-Sohibul, Nasdem Ungkap Isi Pembicaraan

Nasional
Pindahkan Data Imigrasi ke Web Amazon, Yasonna: Bagus, Tak Ada Lagi Kendala

Pindahkan Data Imigrasi ke Web Amazon, Yasonna: Bagus, Tak Ada Lagi Kendala

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com