Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saksi Akui Serahkan 140.000 Dollar AS lewat Staf Sutan Bhatoegana

Kompas.com - 25/02/2014, 16:26 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Mantan Kepala Biro Keuangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Didi Dwi Sutrisno, mengaku pernah menyerahkan amplop berisi uang 140.000 dollar AS kepada staf khusus Ketua Komisi VII DPR Sutan Bhatoegana bernama Irianto. Uang itu diduga untuk diberikan kepada pimpinan, semua anggota, hingga sekretariat Komisi VII DPR. Uang itu diambil langsung oleh Irianto di Kantor Kementerian ESDM.

"Saya telepon stafsus (staf khusus) Ketua Komisi Pak Sutan Bhatoegana, namanya Pak Irianto. Lalu dia hadir ke tempat kami di ruang rapat (ESDM). Saya serahkan tas berisi amplop," ujar Didi saat bersaksi untuk terdakwa mantan Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Selasa (25/2/2014).

Didi melanjutkan, penyerahan uang itu menggunakan tanda terima. Bukti tersebut telah diserahkan kepada KPK untuk penyidikan kasus dugaan suap di lingkungan SKK Migas.

"Kemudian, kami buat tanda terima, dan kebetulan dia mau tanda tangan. Tanda terima, kita serahkan ke penyidik," kata Didi.

Sejumlah amplop yang diserahkan kepada Irianto telah diberi kode. Amplop huruf "P" berarti untuk pimpinan Komisi VII, "A" untuk anggota, dan "S" untuk sekretariat.

Untuk pimpinan, menurut Didi, uang yang diberikan berjumlah 7.500 dollar AS. Sementara itu, 43 anggota dan sekretariat masing-masing mendapat 2.500 dollar AS. Didi mengaku tak tahu maksud pemberian uang itu. Ia mengaku hanya diperintah oleh mantan Sekretaris Jenderal ESDM, Waryono Karno. Waryono pun meminta uang itu disediakan oleh Hardiyono dari SKK Migas.

Sebelumnya, Sutan juga pernah disebut menerima 200.000 dollar AS dari Rudi, yang saat itu menjabat Kepala SKK Migas. Uang itu diserahkan Rudi melalui anggota Komisi VII DPR, Tri Yulianto, di toko buah All Fresh di Jakarta, 26 Juli 2013.

Menurut Rudi, uang itu diberikan sebagai tunjangan hari raya (THR) untuk Komisi VII DPR. Namun, Tri dan Sutan membantah bahwa mereka menerima uang tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com