Rangkaian kalimat di atas menyentak ratusan hadirin di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura, Minggu (16/2/2014), disampaikan oleh Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan.
Lewat pernyataannya itu, Anies mengatakan bahwa masalah bangsa harus diatasi bersama berbasis gerakan dan gotong royong. Dalam bahasa sederhana, Anies meminta semua orang untuk "turun tangan" membantu Indonesia.
Namun, salah satu audiens bertanya bagaimana mempertahankan semangat "turun tangan" itu. Menurut si penanya, semangat tersebut sangat mungkin redup dan hanya tertinggal sebagai jargon. Menjawab pertanyaan itu, Anies mengatakan di sini pentingnya terus berinteraksi.
Dengan terus berinteraksi, kata Anies, akan muncul inisiatif baru yang didukung infrastruktur organisasi dan sumber daya yang baik. Menggunakan analogi orang yang beribadah, Anies mengatakan iman pun bisa goyah ketika tak rutin berinteraksi dengan Tuhan. "Demikian pula soal semangata 'turun tangan' ini."
Anies mengatakan pula dia mengajak setiap orang untuk "turun tangan" bagi Indonesia karena memang tantangan yang ada di depan bangsa dan negara ini tak ringan. "Bangsa kita ini cenderung selalu pesimistis dan skeptis, optimisme dianggap aneh” kata dia.
Karenanya, ujar Anies, perbuatan dan teladan akan menjadi contoh terbaik untuk mendorong masyarakat ikut terlibat memberi solusi bagi bangsa. “Jangan hanya sekadar membayar pajak, mencoblos ketika pemilu, (tapi) mari kita duduk berdiskusi inisiatif, tidak perlu muluk-muluk, dan tentu saja pemerintah (harus) memberikan dukungan”.
Sebuah kisah inspiratif disisipkan Anies dalam paparannya itu. Seorang temannya, ujar dia, membayari biaya kuliah kedokteran yang mencapai ratusan juta rupiah dari anak pembantunya. Anies mengaku bertanya kepada temannya itu, mengapa dia mau melakukan hal tersebut.
Jawaban dari temannya, tutur Anies, sangat sederhana. “Saya tidak ingin melihat pembantu saya pensiun sebagai seorang pembantu, tetapi sebagai ibu seorang dokter," kata Anies menirukan jawaban temannya.
Contoh sederhana sepert ini, kata Anies, menunjukkan sikap "turun tangan" yang dimulai dari hal kecil di sekitar kita. Menutup sesi diskusi bertajuk "Leadership, Enterpreneur, and Education" ini, Anies menitip pesan, "Orang-orang baik tumbang bukan hanya karena banyak orang jahat, tetapi (karena) banyaka orang-orang baik yang diam dan mendiamkan."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.