Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKB: Jokowi Jadi Capres, Tamparan untuk Orang Pintar

Kompas.com - 05/02/2014, 10:05 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga membuka peluang berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Anggota Majelis Syuro PKB Ali Maschan Musa mengatakan, saat ini adalah momentum yang tepat mengajukan calon presiden yang suka bekerja daripada mencalonkan orang pintar. Sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, kata dia, bisa menjadi pilihan.

"Kalau dilihat dari survei saat ini, kami perkirakan hanya akan ada tiga kubu, yaitu kubu PDI-P, kubu Golkar, satu lagi kubu Prabowo yang ngotot jadi capres. Jadi, ya bisa jadi salah satu dari itu (berkoalisi)," ujar Ali, di Jakarta, Rabu (5/2/2014).

Dari sisi ideologi, menurut Ali, PDI-P dan PKB memiliki kesamaan karena berlatar belakang nasionalis. PDI-P pun dinilainya dekat dengan kalangan Nahdlatul Ulama (NU) yang menjadi basis PKB.

"Jadi, sangat terbuka kemungkinan," ujarnya.

Menurut Ali, PKB telah memperhitungkan skenario yang akan dipilih PDI-P terkait calon presiden yang akan diusung. Jika berkaca dari hasil survei sejumlah lembaga, ia memprediksi PDI-P akan mencalonkan Jokowi.

"Pencalonan Jokowi ini sebenarnya tamparan buat orang pintar. Sekarang yang dibutuhkan adalah capres yang bekerja, bukan capres pintar," kata dia.

Ia mengatakan, masyarakat sudah jenuh dengan sosok capres yang mengandalkan intelektualitas. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kata Ali, termasuk Presiden yang pintar.

"Namun, saking pintarnya, jadi keblenger. Dia pintar berkata-kata, tapi action enggak ada. Kita capek dengan yang seperti itu," kata Ali.

Sementaraitu, Demokrat tak lagi masuk dalam hitungan PKB untuk diajak berkoalisi. "Kalau hari ini, Partai Demokrat enggak masuk hitungan. Jadi, hanya ada tiga kelompok saja," katanya.

Dinamika politik menjelang 2014 semakin bergejolak. PDI-P kini menjadi incaran untuk berkoalisi. Sebelum PKB, Partai Golkar dan Partai Demokrat sudah menyatakan ketertarikannya merangkul partai oposisi tersebut. Namun, PDI-P baru akan menetapkan masalah koalisi setelah pelaksanaan pemilihan legislatif (pileg).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com