Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Lebih Baik Jokowi "Nyapres" Dibanding Mega-Jokowi

Kompas.com - 09/01/2014, 16:36 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Departemen Politik dan Hubungan Internasional Center for Strategic and International Studies (CSIS) Phillip J Vermonte menganggap peluang PDI Perjuangan memenangkan Pemilu Presiden 2014 lebih besar jika mengusung Joko Widodo sebagai calon presidennya. Menurut Phillip, Jokowi telah berhasil memenangkan hati rakyat dan jauh mengungguli tokoh lawas lain yang meramaikan bursa capres periode 2014-2019.

Phillip menjelaskan, besarnya dukungan publik untuk Jokowi muncul karena masyarakat percaya Gubernur DKI Jakarta itu mampu membawa perubahan ke yang lebih baik. Di saat bersamaan, kepercayaan ini tak diberikan publik untuk tokoh lain yang saat ini meramaikan bursa calon presiden.

"Dalam politik, yang paling penting adalah trust. Sekarang trust itu tidak kelihatan. Nah, Jokowi mampu memberikan itu sehingga masyarakat tergerak," kata Phillip di Kantor CSIS, Jakarta, Kamis (9/1/2014).

Phillip juga memprediksi peluang kemenangan PDI Perjuangan dalam pilpres akan berkurang saat partai itu mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai calon presidennya. Meski didampingi oleh Jokowi sebagai calon wakil presidennya, ternyata skenario itu dianggap Phillip tetap tak dapat menyamai besarnya peluang saat Jokowi maju sebagai capres PDI-P.

"Skenario sudah semakin berkembang, dan margin kemenangannya akan lebih besar jika Jokowi yang capres dibanding skenario Megawati-Jokowi. Mungkin saja Megawati masih menang, tapi marginnya kecil," ujarnya.

Dinamika politik, kata Phillip, juga akan berubah seandainya Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan judicial review mengenai presidential threshold di Undang-Undang Pilpres. Jika ambang batas pengusungan calon presiden itu digugurkan oleh MK, maka semua partai politik dapat mengusung calon presidennya masing-masing.

"Saat itu terjadi, semua tergantung kesiapan PDI-P berkompetisi dengan partai lain. Tapi kalau Jokowi maju (capres), rasanya sudah pasti menang," pungkasnya.

Seperti diberitakan, hingga saat ini PDI-P belum menetapkan capres. Di kalangan internal PDI-P masih banyak pengikut setia Megawati meskipun survei terakhir Kompas memperlihatkan sebagian kader yang semula memilih Megawati beralih ke Jokowi.

Hasil survei Kompas, Jokowi mendapat dukungan 17,7 persen pada survei pertama, Desember 2012. Setahun kemudian, dukungan untuk Jokowi melejit menjadi 43,5 persen. Adapun elektabilitas Megawati melorot dari 9,3 persen menjadi 6,1 persen.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com