Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi, Presiden Kritik Pers Indonesia

Kompas.com - 01/11/2013, 18:54 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta pers menjalankan dua fungsinya secara seimbang. Presiden berpendapat, pers sudah menjalankan fungsi kontrolnya dengan baik. Namun, tidak dengan fungsi pendidikan.

Hal itu dikatakan Presiden ketika bertemu ratusan peserta Program Pendidikan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) tahun 2013 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (1/11/2013).

Presiden mengatakan, pascareformasi, ia melihat peran media sangat besar terhadap fungsi kontrol. Pers telah mengontrol pemerintah dengan baik. Presiden menganggap kontrol pers diperlukan dalam kehidupan demokrasi, khususnya menyelamatkan negara.

Namun, Presiden melihat peran pers kurang memberikan pendidikan ke masyarakat. Pendidikan yang dimaksud Presiden dalam arti luas, misalnya pendidikan demokrasi, pendidikan politik, pendidikan kewarganegaraan, dan lainnya.

"Memang (fungsi pendidikan) kurang menarik dibanding mengontrol, mengkritisi. Padahal, dua-duanya diperlukan," kata Presiden.

Secara spesifik, Presiden menyoroti peran media televisi dan media sosial. Pasalnya, berdasarkan riset, televisi paling efektif mengubah pola pikiran masyarakat. Begitu pula media sosial.

"Kalau kita paham, pikiran rakyat kita banyak diubah dan dipengaruhi oleh TV, media sosial. Maka, saya titipkan kepada pers Indonesia, bukan untuk kepentingan saya karena sudah mau selesai, tapi untuk kebaikan demokrasi di masa depan, jalankan kedua fungsi itu secara seimbang," kata Presiden.

"(Dengan keseimbangan) kehidupan di negeri kita ini memiliki keteraturan, konstitusionalitas, dan rule of law. Kebebasan tanpa rule of law akan membahayakan demokrasi," pungkas Presiden.

Seperti diberitakan, belakangan ini Presiden sudah beberapa kali mengkritik pers. Ketika silaturahim dengan Pengurus Pusat PWI, Kepala Negara merasa dirinya salah seorang korban pers. Ia mengkritik berita yang muncul dengan sumber yang tidak jelas, penggunaan media sosial sebagai sumber berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, berita berbau fitnah, dan lainnya.

Terakhir, SBY selaku Ketua Umum DPP Partai Demokrat mengkritik sebagian media yang tidak memberi ruang kepada Demokrat dan terus menyerang partainya. Bahkan, SBY menyebut ada televisi yang terus-menerus menelanjangi Demokrat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com