Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akil Mochtar di Warung Ponti

Kompas.com - 23/10/2013, 18:11 WIB

Oleh: Agus Dermawan T

KOMPAS.com - Baru-baru ini, saya berkesempatan mengunjungi Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat. Tujuan utama saya adalah kulinernya, yang terserak di warung-warung sudut jalan, di dalam gang, bahkan di emperan.

Sungguh mati, kuliner Pontianak mengajak orang bersilat lidah secara positif,” kata EZ Halim, pengusaha dan penulis budaya asal Pontianak dengan nama samaran Zulky Ponti. Ponti adalah sebutan akrab Pontianak. Dari provokasinya, saya bermuhibah ke sana.

Pontianak memang memiliki budaya kuliner warung yang khas. Di Jalan KS Tubun ada es krim yang disajikan di batok kelapa muda sehingga ketika es krim disendok, daging kelapa muda otomatis terkerok. Di Jembatan Tiga dan beberapa tempat lain terdapat warung sate sapi yang dimakan bersama lontong, disiram bumbu kacang dan kuah kaldu. Maknyus....

Di Jalan Tamar ada caiku eatau cuepan legendaris. Di Jalan Pahlawan ada nasi campur Akwang yang sudah berbilang tahun dielu-elukan.

Seperti halnya mi kepiting atau cehuntiao di Jalan Tanjungpura atau kopi Asiang di Gang Merapi yang selalu selalu ramai dan hangat. Disebut kopi Asiang karena memang Asiang pemilik warungnya. Dari subuh sampai sore, Asiang selalu bertelanjang dada melayani pembeli. Asiang, yang anaknya hampir menjadi dokter, berargumentasi, ”Buka baju itu lambang keterbukaan, semangat, dan ketulusan.”

Warung kebangsaan

KOMPAS.COM/Sandro Gatra Gedung Mahkamah Konstitusi

Buat saya, kenikmatan makanan adalah yang terpenting. Namun, bagi masyarakat Pontianak, yang terpokok ternyata bukan itu. Kebanggaan pemilik warung adalah kehadiran para tokoh masyarakat Pontianak atau asal Pontianak. ”Dan itu terbicarakan oleh warga seluruh kota,” kata Eddy Susanto, pengusaha dan pekerja sosial di Pontianak.

Lalu, terbilanglah nama-nama seperti Oesman Sapta dan Ari Chandra, tokoh Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Vania Larissa, Miss Indonesia yang menempati posisi terbaik ke-7 di ajang Miss World tempo hari. Termasuk tentu Akil Mochtar, anggota DPR daerah pemilihan Pontianak, yang lalu menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi (MK).

Warung adalah rumah komunitas yang mendekatkan hubungan orang kebanyakan dengan para tokohnya. Di warung-warung itulah sejumlah tokoh dipuja dan diidolakan, didiskusikan dan dijadikan cerita-kota. Bagi para pemilik, tokoh-tokoh itu adalah figur promosi yang membanggakan. Itu sebabnya, Pak Haji penjual sate kuah atau Asiang penyeduh kopi akan fasih bercerita di sudut mana sang tokoh biasanya duduk, apa yang mereka bicarakan, hingga menu favoritnya.

Warung-warung itu, termasuk ratusan warung lain di pelosok Pontianak, diam-diam mengharap ikon-ikon istimewa tersebut terus mempertahankan nama harumnya. Sebaliknya, komunitas pengunjung warung yang berjumlah puluhan ribu bermimpi menjadi tokoh-tokoh idola baru. Warung pun menjadi komunitas demokrasi yang seru.

Namun, sejak awal Oktober 2013, gempa besar mengguncang warung-warung Pontianak. Akil Mochtar ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi karena menerima suap sengketa pemilu kepala daerah. Bagi para pemilik warung dan komunitas warung Pontianak, ini adalah khianat.

Akil dianggap telah mencurangi kepercayaan masyarakat Pontianak. Akil adalah ”raja tega” yang menghancurkan kesukacitaan warga yang tulus membanggakannya. Akil disebut sebagai tikus celurut yang menerobos masuk ke berbagai warung, bergaya he-he-ho-ho dengan menyamar sebagai hakim Bao.

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES Mobil Audi Q5 milik mantan Ketua Mahkamah Konstitusi nonaktif Akil Mochtar, terparkir di halaman KPK, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (9/10/2013). Selain mobil Audi Q5, KPK juga menyita dua mobil lainnya yaitu Toyota Crown Athlete dan Mercedes-Benz seri S350 guna kepentingan penyelidikan kasus suap yang melibatkannya.

Hukuman sosial

Lalu, suasana batin warung di Pontianak berubah total. Terjadilah penghukuman sosial. Akil pun disebut Buto Akil, pelesetan dari Buto Cakil, hasil celetukan orang Jawa pelanggan warung. Cakil adalah buto (raksasa) buruk sifat yang selalu muncul dalam lakon wayang Mahabharata. Matanya bulat tajam dan selalu jelalatan. Mulut bagian bawahnya lebih maju dibandingkan dengan bagian atasnya. Sebuah profil yang melambangkan sikap ingin menadah apa saja, dengan keserakahan yang tak ada malunya.

Cakil berumah di hutan gelap. Namun, ia selalu siap menerima order perang dari sang raja. Tugas Cakil adalah menghalangi setiap perjalanan para kesatria yang ingin menunaikan tugas kebenaran. Cakil lincah dalam berperang, bisa salto, melompat, berjingkat, tetapi tak memiliki kesaktian. Oleh karena itu, setiap berkelahi, ia selalu kalah dan mati. Namun, pada episode lain, ia muncul lagi.

Ketika tubuhnya berulah, mulutnya selalu berbicara meski asal-asalan bunyinya. Misalnya, akan memotong jari tangan para maling, akan menggantung koruptor di tiang gedung MK, dan akan memotong leher sendiri kalau berbuat salah. Cakil punya beberapa prajurit andalan, yakni Buto Rambut Geni, Buto Rambut Gimbal, dan Buto Terong.

Obrolan kemudian membuat komunitas warung paham, tokoh Buto Cakil sesungguhnya tidak ada dalam Mahabharata asli yang diturunkan dari India. Tokoh Buto Cakil diciptakan pada 1552 tahun Saka atau 1630 Masehi pada masa kerajaan Sultan Agung. Jadi, tokoh absurd itu memang benar-benar hanya milik Indonesia.

Drama Buto Akil tampaknya juga hanya ada di Indonesia.


Agus Dermawan T, Penulis Buku-buku Seni, Sosial, dan Budaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Nasional
Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Nasional
Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Nasional
Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Nasional
Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

Nasional
Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Nasional
Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Nasional
Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com