Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transportasi Umum Baik, Rakyat Tak Perlu Mobil

Kompas.com - 18/09/2013, 18:50 WIB

Oleh: Christovita Wiloto

Saya ingat saat Joko Widodo masih menjadi Wali Kota Solo dan aktif mengampanyekan mobil SMK, saya mention Twitter-nya @jokowi-do2 dan bilang kalau fokus kita sebaiknya jangan ke mobil SMK, tetapi kendaraan umum.

Saat itu Jokowi sempat menjawab dengan sengit, ”Biar industri otomotif kita dikuasai asing, ya?” Saya jelaskan bahwa mobil SMK justru akan membuat Jakarta semakin macet. Yang diperlukan Jakarta adalah kendaraan umum yang mengangkut banyak orang dan nyaman, seperti kereta api, monorel, dan MRT.

Saya bilang saat itu, sebaiknya SMK diarahkan untuk menciptakan kendaraan-kendaraan umum tersebut, jangan diarahkan untuk membuat mobil alias kendaraan pribadi.

Syukurlah, sekarang, setelah menjadi Gubernur DKI, Jokowi mati-matian membela kendaraan umum dan bukan mobil murah. Inilah solusi terbaik bagi Indonesia. Kalau transportasi umum Indonesia baik dan berkualitas seperti negara-negara maju, rakyat tidak akan repot-repot membeli kendaraan pribadi, baik mobil atau motor, yang mahal. Dananya bisa digunakan untuk mendidik dan meningkatkan standar gizi anak-anak mereka.

Di beberapa negara maju, jarak tempuh dari satu lokasi ke lokasi lain bisa diprediksi dengan baik. Misalnya kita ada jadwal rapat pada pukul 14.00 di suatu kantor, kalau berangkat 15 menit sebelumnya menggunakan MRT, kita akan sampai di lokasi 5 menit sebelum rapat.

Hal ini hampir menjadi hal yang mustahil terjadi di Jakarta. Kita perlu setidaknya menyiapkan waktu 1 jam sebelumnya agar tidak terlambat menghadiri rapat tersebut. Pasalnya, kondisi kemacetan jalan sulit diprediksi, ditambah lagi tidak mudahnya mendapatkan lokasi parkir kendaraan.

Tanpa transportasi umum yang baik dan nyaman, biaya sia-sia yang dikeluarkan setiap orang menjadi sangatlah besar. Selain itu, sangat menghabiskan waktu kita dan membuat kita cepat letih dengan tingkat produktivitas yang menjadi sangat rendah.

Untuk mengatasi kemacetan dan sulitnya kendaraan umum, banyak dari kita terpaksa membeli motor. Selama ini motor dirasakan sangat menolong masyarakat mengatasi keterbatasan kendaraan umum serta gesit di tengah macet. Namun, apa yang terjadi saat ini ketika setiap orang mulai naik motor? Jalanan di Jakarta pun semakin macet, bahkan kini motor pun sulit berjalan.

Jika kini mobil dibuat murah, ini justru akan membuat kemacetan semakin runyam. Bisa-bisa jalanan di Jakarta akan penuh mobil dan motor, tetapi tidak bergerak sama sekali.

Kebijakan mobil murah ini adalah kebijakan yang bodoh, yang hanya menguntungkan produsen kendaraan, yang tahun lalu memecahkan rekor penjualan kendaraan mereka. Tanpa peduli dengan tingkat kemacetan yang semakin tinggi, tingkat kecelakaan juga semakin tinggi, tingkat polusi yang semakin tinggi, meningkatkan biaya yang tidak perlu, serta menurunkan kesejahteraan dan tingkat produktivitas.

Seandainya pejabat pengambil keputusan di negara kita memiliki visi yang jelas, prorakyat, dan memiliki ketahanan nasional yang baik di bidang ekonomi, termasuk transportasi, BBM, dan produktivitas yang baik, kebijakan-kebijakan bodoh seperti mobil murah ini tidak akan terjadi. Sebaliknya, pembangunan infrastruktur transportasi umumlah yang harus digencarkan.


Christovita Wiloto, CEO Wiloto Corp

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com