Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simulasi Pengamanan Pilpres 2014 Digelar di Mako Brimob

Kompas.com - 04/09/2013, 14:53 WIB
Ariane Meida

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Simulasi pengamanan Pemilu 2014 dalam rangka apel kepala satuan wilayah (Kasatwil) tahun 2013 digelar di Mako Brimob Polri Kelapa Dua Depok, Rabu (4/9/2013). Simulasi pengamanan sejak awal kampanye hingga pelantikan calon presiden dan calon wakil presiden ini ditujukan untuk menjadikan Kasatwil yang berkarakter dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif di Pemilu 2014.

"Peragaan tadi bukan harga mati, masih bisa dievaluasi, dan kalau diperagakan adalah kegagalan para Kasatwil. Pencegahan itu yang lebih diutamakan," ujar Wakapolri Komjen Pol Oegroseno dalam kata sambutannya setelah peragaan usai.

Salah satu simulasi bercerita tentang kerusuhan yang terjadi pada masa kampanye dan pada saat presiden dan wakil presiden baru sudah terpilih.

Ceritanya, suasana kota Tanjung tengah dalam masa tenang setelah kampanye. Satpol PP mencabut tanda gambar calon presiden yang masih terpasang, dan memberi imbauan kepada masyarakat untuk mencabut alat-alat peraga milik calon-calon presiden yang masih terpasang.

Ditemui di suatu jalan, gambar capres yang masih terpasang. Pendukung capres lainnya tidak menginginkan gambar tersebut masih terpasang. Mereka lalu datang dan merobek-robek gambar calon presiden tersebut.

Anggota kepolisian dengan perintah Kapolres datang untuk memberi imbauan agar warga tidak bertindak anarkis. Ternyata warga melawan dan kepolisian langsung sigap mengatasi. Beberapa orang diamankan lalu dibawa ke posko untuk diserahkan kepada unit reskrim.

Kemudian, Pemilu sudah diselenggarakan dan calon presiden serta calon wakil presiden Indonesia sudah terpilih. Ternyata, ada massa yang unjuk rasa di depan tempat pelantikan, gedung DPR RI.

Polisi yang sudah mendapatkan informasi mengenai adanya unjuk rasa sudah berjaga-jaga menantikan kedatangan para pengunjuk rasa. Para pendemo di depan gedung DPR RI ini berencana menggagalkan jalannya pelantikan capres dan cawapres, serta menuntut pemilu ulang. Situasi semakin tidak terkendali.

Massa menimpuki barikade petugas, membakar dan merusak fasilitas umum yang ada disekitar gedung pelantikan. Lalu massa di semprot dengan water canon dan ditembakan gas air mata. Petugas bermaksud membubarkan massa supaya terpecah jadi kelompok-kelompok kecil sehingga mudah dibubarkan. Massa mulai terdorong kebelakang, lalu petugas memasang pagar berduri, agar massa tidak dapat memasuki lokasi pelantikan capres dan cawapres.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com