Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana Duetkan Jokowi dan JK, 2 Partai Bakal Jadi Ganjalan

Kompas.com - 27/08/2013, 07:31 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wacana menduetkan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden setidaknya bakal "terganjal" dua partai politik, PDI Perjuangan dan Partai Golkar.

"Butuh manuver luar biasa dari kedua partai itu untuk mewujudkan wacana duet Jokowi dan JK," kata pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sudjito, ketika dihubungi, Senin (26/8/2013) malam.

Dari Partai Golkar, misalnya, Arie mengatakan, ganjalan pertama adalah karena partai itu sudah memutuskan akan mengusung ketua umumnya, Aburizal Bakrie, sebagai bakal calon presiden. "Jusuf Kalla tidak mudah, kecuali dia sudah mulai memasang jaring dengan (memakai) partai lain," kata Arie.

Setali tiga uang, mengusung Jokowi menjadi capres saja sudah akan sangat tergantung pada keputusan politik PDI Perjuangan. Ia menduga partai itu masih akan menunggu hasil pemilu legislatif untuk membuat keputusan soal pencalonan Presiden.

"Itu pun belum tentu Jokowi yang diusung, bisa saja Megawati yang maju. Kalau hasil pileg mencukupi, maka PDI-P akan leluasa menentukan capresnya," papar dia.

Konfirmasi era figur baru

Sebelumnya, hasil survei Kompas dengan popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang kian meroket menjadi isyarat bagi politisi generasi tua untuk bisa menerima munculnya kandidat yang lebih "segar" dan tak memaksakan diri maju kembali pada Pemilu 2014.

Munculnya figur-figur di luar tokoh senior yang sudah dikenal selama ini dinilai menandakan generasi muda politisi Indonesia sudah mulai muncul dengan mengandalkan kinerja daripada pencitraan.

Kedua pendapat itu disampaikan antara lain oleh pengajar ilmu politik di Universitas Padjadjaran, Bandung, Muradi, serta peneliti senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi, Senin (26/8/2013).

Seperti diberitakan, Litbang Kompas melalui dua survei opini publik (longitudinal survey) terhadap 1.400 responden di 33 provinsi mendapatkan semakin besarnya proporsi pemilih yang sudah dapat memastikan pilihannya pada pemilu mendatang. Pada saat bersamaan, proporsi responden yang enggan menjawab, merahasiakan, atau belum tahu kandidat pilihannya, juga menurun.

Dari proporsi responden yang telah memastikan pilihannya, mengerucut lima nama saja kandidat yang "masuk hitungan" berdasarkan survei itu. Kelima kandidat adalah Joko Widodo, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla. Kelima nama tersebut mendapatkan dua pertiga suara responden, dan hanya 18,2 persen suara yang diperebutkan oleh 16 kandidat selain lima nama itu.

Hasil survei Litbang Kompas itu juga menunjukkan elektabilitas Jokowi meroket dari 17,7 persen pada Desember 2012 menjadi 32,5 persen pada Juni 2013. Sementara perolehan dukungan empat nama lainnya jauh di bawahnya. Adapun para tokoh yang diundang Komite Konvensi Capres Demokrat, yakni Mahfud MD, Dahlan Iskan, Pramono Edhie Wibowo, dan Anies Baswedan, elektabilitas mereka masih di bawah lima persen berdasarkan survei tersebut.

Kristiadi mengatakan, hasil survei ini kembali menjadi konfirmasi atas berbagai survei yang digelar sebelumnya yang juga menempatkan Jokowi selaku pemuncak. Selain itu, survei Litbang Kompas sekaligus menjadi cermin sentimen penilaian publik atas kinerjanya di DKI Jakarta dalam memberi manfaat dan menuntaskan permasalahan "warisan" gubernur sebelumnya.

Meski demikian, baik Muradi maupun Kristiadi pun sependapat bahwa Jokowi masih butuh restu dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk bisa diusung menjadi calon presiden. Mereka berdua menyarankan Megawati berbesar hati memunculkan kader muda ke kancah kepemimpinan nasional.

"Popularitas Jokowi akan terganggu apabila Megawati memaksakan diri untuk maju dan (hanya) menggandengnya sebagai wakil," kata Muradi. Menurut dia, skenario yang layak dipertimbangkan adalah memasangkan Jokowi sebagai calon presiden dengan figur profesional. Kalaupun harus mencari "figur senior", dia mengakui hanya JK yang paling pantas, berdasarkan kesamaan cara penyelesaian masalah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Presen Buruk Jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Presen Buruk Jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Nasional
Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi 'Doorstop' Media...

Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi "Doorstop" Media...

Nasional
Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Nasional
Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com