Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bawaslu: Pemilu dengan Noken di Papua Tidak Demokratis

Kompas.com - 20/08/2013, 21:35 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menilai, pelaksanaan pemilu di beberapa wilayah di Provinsi Papua dan Papua Barat tidak demokratis. Pasalnya, proses pemungutan suara di beberapa wilayah di dua provinsi itu menerapkan mekanisme noken yang dipimpin kepala suku.

“Sistem noken di sana sangat mudah untuk menjadi alat manipulasi sehingga menjadikan pemilu berjalan tidak demokratis,” ujar anggota Bawaslu Nelson Simanjuntak usai paparan media Hasil Monitoring Daftar Pemilih Pemilu 2014 di Provinsi Papua, Selasa (20/8/2013) di Jakarta.

Ia mengatakan, kerahasiaan dukungan suara pemilih juga tidak terjamin. Apalagi, katanya, sistem tersebut tidak merinci para individu yang diwakilkan oleh kepala suku.

“Selama ini tidak dibuat secara tegas sehingga sistem ini sangat mudah untuk dimanipulasi. Masalah lain, karena kurangnya kontrol, jumlah suara melebihi jumlah pemilih di DPT (daftar pemilih tetap),” sambung Nelson.

Di sisi lain, kata dia, mekanisme tersebut telah dilegitimasi oleh keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) melalui Keputusan MK nomor 47-81/PHPU.A-VII/2009, 9 Juni 2009 lalu. "Tapi kan sudah diperbolehkan oleh MK," sergahnya.

Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Kurniawan Zein mengatakan, mekanisme noken bukan hanya terjadi pada proses pemungutan suara. Mekanisme tersebut, kata dia, juga diterapkan dalam proses pemutakhiran data pemilih untuk Pemilu 2014.

“Hasil survei menunjukkan, di daerah pegunungan di mana sistem pemungutan suara noken diterapkan, kepala suku memerintahkan mendaftarkan pemilih dari anggota suku mereka kepada petugas pendaftaran,” ujar Kurniawan.

Ia mengatakan, proses pendaftaran tidak dilakukan berdasarkan pada prinsip satu orang, satu pendaftaran. Makanya, kata dia, mekanisme tersebut mengandung kelemahan.

“Karena tidak ada mekanisme kontrol pada penambahan dan pengurangan jumlah suara,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com