Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Rully Akbar mengatakan, dalam survei yang dilakukan, sebanyak 52,05 persen responden menginginkan kepastian 1 Ramadhan dan 1 Syawal diketahui lebih awal, sedangkan 34,10 persen menginginkan penetapan itu dilakukan saat mendekati pelaksanaannya (H minus 1), dan 13,85 persen responden lainnya tidak memberikan jawaban.
Lebih jauh, Rully menyampaikan, setidaknya ada tiga alasan yang diungkapkan para responden mengapa ingin mengetahui kepastian awal Ramadhan dan Syawal lebih awal. Informasi yang diketahui sejak awal akan membuat semuanya lebih terencana, keilmuan sudah bisa memprediksi waktu secara akurat, dan karena publik percaya bahwa penentuan awal puasa serta Lebaran sejak jauh hari juga sah secara agama.
"Mayoritas publik lebih memilih metode hisab (kalender) dibandingkan rukyat di H-1 karena hisab dianggap lebih sesuai dengan dunia modern," kata Rully saat menggelar jumpa pers di Kantor LSI, Jakarta, Minggu (18/8/2013).
Sebagai informasi, LSI mengadakan survei khusus mengenai penentuan awal Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Survei ini dilakukan melalui quick poll pada 13-14 Agustus 2013 menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden dan margin error sekitar 2,9 persen.
Survei dilakukan di 33 provinsi di Indonesia. Untuk memperkuat data dan analisis, LSI juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif dan metode analisis media, focus group discussion, serta wawancara mendalam.
LSI mengadakan survei ini lantaran merasa publik perlu diketahui keinginannya terkait penentuan awal Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Pasalnya, selama ini hal itu hanya menjadi perdebatan antar-ormas dan ulama tanpa pernah mengekplorasi persepsi mayoritas publik Indonesia mengenai polemik awal puasa dan Lebaran.
"Selama ini publik adalah silent majority yang tak bersuara. Persepsi publik ini penting diketahui pemerintah dan pimpinan ormas untuk kebijakan di kemudian hari," ujar Rully.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.