Hal itu juga untuk meredam kebencian kelompok radikal terhadap minoritas yang dapat berujung aksi terorisme.
"Indonesia yang kebijakan politiknya bebas aktif, ternyata pemerintahnya tidak cukup bersuara di ASEAN. Jadi Pemerintah Indonesia harus mulai bersikap lebih," kata pengamat masalah terorisme, Nurhuda Ismail, saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/8/2013).
Nurhuda menduga, wihara yang adalah tempat beribadah umat Buddha dijadikan target peledakan tak lepas dari kondisi yang terjadi di Myanmar.
Dalam konflik sektarian di Myanmar, sebagian umat Buddha negeri itu merupakan kelompok yang membantai umat Muslim Rohingya.
"(Kelompok teror) terinspirasi dari internet, terutama dari YouTube yang membuat mereka ingin menyerang karena umat Islam di Myanmar dibantai umat Buddha," katanya.
Sebelumnya, saat mengunjungi Vihara Ekayana pada Senin pagi, Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan Pemerintah Indonesia telah berupaya maksimal agar konflik antarwarga mayoritas Buddha dan etnis minoritas Muslim Rohingya di Myanmar bisa dihentikan.
"Pemerintah Indonesia sudah berupaya sebatas tata kehidupan internasional dengan meminta Pemerintah Myanmar untuk memperhatikan betul konflik agama di sana. Saya yakin umat Buddha Indonesia telah melakukan hal yang sama," ucapnya.
Seperti telah diberitakan, dua paket berisi diduga bom yang ditaruh di Vihara Ekayana pada Minggu (5/8/2013) malam sekitar pukul 19.00 WIB, meledak di akhir prosesi kebaktian.
Di salah satu paket bungkusan bom terdapat secarik kertas yang berisi "Kami Menjawab Jeritan Rohingya".
Diduga, pelaku peledakan adalah kelompok radikal Indonesia yang ingin menunjukkan solidaritas mereka terhadap etnis Rohingya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.