Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKS, Jangan Lagi "Ngaku" Partai Islam

Kompas.com - 27/07/2013, 16:32 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dinilai tidak layak lagi mengaku sebagai partai berideologi Islam. Peneliti MAARIF Institute Zully Qodir menyatakan, perilaku partai itu tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman.

"(Orang) PKS selalu mengatakan 'kami partai yang bersih, partai dakwah'. Mereka tidak layak lagi mengaku partai yang Islam, bersih. Partai itu tidak ada ideologinya," ujar Zully diskusi soal gerakan Islam politik Indonesia di Jakarta, Jumat (26/7/2013).

Ia mengatakan, hal itu tampak dari politik transaksional yang kental berlaku di PKS.  Dicontohkannya, di daerah-daerah yang bukan basis massa PKS, justru berlaku peraturan daerah (perda) syariah. Daerah-daerah itu misalnya, Lombok, Nusa Tenggara Barat, serta Tasikmalaya dan Indramayu, Jawa Barat. Lalu Provinsi Banten, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

"Di sana bukan daerah PKS kuat, tapi berlaku perda syariah. Itu kuat sekali transaksi. Pemberlakuan perda syariah, tujuannya supaya didukung pada pilkada (pemilihan kepala daerah) berikutnya," pungkas Zully.

Hal lainnya, katanya, banyak pengakuan responden penelitiannya mengaku dimintai sejumlah uang hingga lebih dari Rp 1 miliar agar didukung menjadi kepala daerah.

"Partai lain mungkin melakukannya, tapi partai lain tidak mengaku mereka paling bersih dan partai Islami," tukas sosiolog Universitas Muhammadiyah Jakarta itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com