Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Alasan PKS Bertahan di Koalisi meski Beda Sikap?

Kompas.com - 07/06/2013, 13:39 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Suara dari sejumlah politisi Partai Demokrat yang meminta Partai Keadilan Sejahtera (PKS) keluar dari koalisi marak terdengar pascapenolakan PKS terhadap kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun, PKS bergeming dan tetap bersikeras masih mau bergabung dengan koalisi meski tak lagi sejalan. Ahli psikologi politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Moeloek, menduga ada beberapa alasan PKS masih tetap bertahan di koalisi. Salah satunya adalah kepentingan modal menjelang Pemilu 2014.

"Kenapa PKS tak mau keluar koalisi? Alasannya jelas karena proyek-proyek bancakan," ujar Hamdi saat dihubungi, Jumat (7/6/2013).

Hamdi mengatakan, dugaan PKS mengamankan proyek-proyek di pemerintahan itu mulai terlihat dari sejumlah penanganan kasus hukum yang membelit petinggi PKS. Salah satu terpidana pembobolan Bank Jabar, Yudi Setiawan, bahkan membeberkan PKS tengah mengincar pengerukan dana kampanye dari tiga kementerian, yakni Kementerian Pertanian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Kementerian Sosial. Menteri-menteri di tiga kementerian itu berasal dari PKS. Namun, tudingan itu sudah dibantah oleh politisi PKS. Menurut Hamdi, menjelang pemilu ini, seluruh partai ingin masuk dalam pemerintahan untuk mengamankan modal-modal politiknya.

"Semua partai itu kelakuannya sama meski mengancam keluar koalisi, tapi mereka tetap tidak mau menghilangkan eksekutifnya karena akses bancakan proyek," katanya.

Hamdi yakin sikap menolak kebijakan kenaikan harga BBM hanyalah politik pencitraan yang tengah dilakukan PKS setelah didera kasus hukum suap impor daging sapi. Namun, Hamdi mempertanyakan efektivitas politik pencitraan PKS dengan menggunakan isu kenaikan harga BBM ini.

"Soalnya kelihatan sekali mereka tidak kompak. Yang di atas mendukung, grass root yang dikomandoi Anis Matta justru menolak? Orang akan melihatnya ini sebagai politik bermuka dua, apakah ini efektif?" tanya Hamdi.

Seperti diketahui, PKS tidak hadir dalam rapat Sekretariat Gabungan yang dilakukan pada Selasa (4/6/2013) malam di kediaman Wakil Presiden Boediono. Padahal, rapat itu ditujukan untuk menyatukan pendapat terkait kenaikan harga BBM. Sebelum rapat dilakukan, PKS juga sudah menyebarkan sejumlah spanduk penolakan BBM. Sikap PKS yang berseberangan dengan partai koalisi itu pun mengundang berbagai respons, terutama dari Partai Demokrat. Wakil Ketua Umum Nurhayati Ali Assegaf bahkan menuding PKS "lain di depan, lain di belakang". Artinya, PKS dinilai tidak konsisten karena berbicara menolak kenaikan harga BBM di luar, tetapi tetap ingin mengamankan posisinya di koalisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    Nasional
    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    Nasional
    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

    Nasional
    Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Nasional
    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Nasional
    Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Nasional
    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Nasional
    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Nasional
    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    Nasional
    Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

    Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

    Nasional
    Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

    Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

    Nasional
    Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

    Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

    Nasional
    Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

    Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

    Nasional
    Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

    Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

    Nasional
    Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

    Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com