Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komando Teritorial Diminta Dikaji Ulang

Kompas.com - 23/04/2013, 18:16 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tentara Nasional Indonesia diminta mengkaji ulang keberadaan komando teritorial (koter), khususnya di pulau yang tidak berbatasan dengan negara lain, seperti Jawa. Hal ini dikarenakan para anggota TNI yang terlibat pelanggaran hukum mayoritas berada dalam kendali koter.

Hal itu disampaikan Koalisi Masyarakat Sipil saat jumpa pers di Kantor Imparsial, Jakarta, Selasa (23/4/2013). Mereka yang hadir dari Imparsial adalah Pungky Indarti, Al Araf, dan Erwin Maulana. Hadir pula Koordinator Kontras Haris Azhar, Ketua Setara Institute Hendardi, Anton Aliabbas dari Ridep Institute, dan aktivis lain.

Jumpa pers digelar untuk menyikapi kekerasan oleh para anggota Batalyon Zeni Konstruksi/13 yang memukul empat anggota staf PDI Perjuangan di Kantor DPP PDI Perjuangan pekan lalu. Kekerasan itu dilakukan di saat belum tuntasnya proses pengusutan kasus pembunuhan empat tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, DI Yogyakarta, dan pembakaran Polres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan.

Pungky mengatakan, sepanjang 2004-2013, telah terjadi 87 kasus kekerasan yang dilakukan anggota TNI. Sebanyak 85 persen di antaranya melibatkan pelaku di bawah koter, baik Komando Resor Militer (Korem), Komando Distrik Militer (Kodim), maupun Komando Rayon Militer (Koramil). Keberadaan prajurit di tengah masyarakat dinilai rentan terjadi gesekan, baik dengan warga maupun aparat dari institusi lain.

Pungky menambahkan, struktur koter kadangkala juga bisa digunakan untuk kepentingan politik, terutama ketika pemilu kepala daerah, pemilu legislatif, maupun pemilu presiden. Hal itu sudah disorot oleh Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri beberapa waktu lalu.

Dalam aspek strategis pertahanan, Koalisi Masyarakat Sipil menilai struktur koter juga tidak mencerminkan strategi pertahanan yang terintegritasi. Koter dinilai lebih mencerminkan kuatnya dominasi TNI AD dalam gelar kekuatan. "Koter tidak sejalan dengan Undang-Undang TNI yang menegaskan gelar kekuatan TNI sebaiknya tidak mengikuti struktur pemerintahan sipil," kata Pungky.

Selain itu, koter juga dinilai tidak efektif untuk pertahanan negara jika melihat kondisi geografis Indonesia. "Ngapain ada Koramil di Taman Menteng, sementara di perbatasan sedikit. Ini buat apa?" kata Anton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Nasional
Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com