Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Haruskah Tersangka Teroris Ditembak Mati?

Kompas.com - 17/03/2013, 09:01 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengungkapan kasus perampokan toko emas di Tubagus Angke, Tambora, Jakarta Barat, yang diduga terkait dengan jaringan terorisme diapresiasi. Hanya saja, sikap Kepolisian menembak mati tiga orang yang diduga pelaku dikritik.

"Terlepas prestasi yang telah dicapai, saya miris dan bertanya-tanya, apakah terhadap pelaku memang harus dihabisi dengan ditembak mati? Tidakkan ada jalan lain dengan tidak ditembak mati?," kata anggota Komisi III DPR Didi Irawadi Syamsuddin di Jakarta, Minggu ( 17/3/2013 ).

Didi mengatakan, dengan kecanggihan peralatan, jumlah personel, serta skill aparat Kepolisian, pasti petugas di lapangan lebih kuat dibanding para pelaku. Untuk itu, Didi meminta Kepolisian menjelaskan secara transparan mengenai penembakan tersebut.

"Publik harus diyakinkan bahwa itu benar-benar karena nyawa para aparat yang hendak membekuk sangat terancam. Tembakan mematikan haruslah benar-benar jalan terakhir," kata politisi Partai Demokrat itu.

Didi menambahkan, kedepannya, Polri harus berusaha untuk menangkap hidup seluruh tersangka, apalagi terkait terorisme. Dengan demikian, Kepolisian bisa mengungkap lebih jauh jaringan pelaku. "Info dan data harus digali untuk menangkap gembong besarnya," pungkas dia.

Seperti diberitakan, Polda Metro Jaya, Jumat ( 15/3 ), menangkap tujuh pelaku perampokan Toko Emas Terus Jaya, tiga di antaranya tewas tertembak polisi. Penyergapan dilakukan di lokasi terpisah, yaitu Pondok Aren, Bintaro, Jakarta Selatan; Teluk Gong, Jakarta Utara; Mustikajaya, Bekasi; dan Pekayon, Jakarta Timur.

Para tersangka tersebut adalah Makmur alias Bram (34) asal Padang, Hendra Hermalan (44) asal Jakarta, Arman (40) asal Padang, Siswanto (38) asal Tegal, Togog alias Anto (33) asal Jakarta, serta Kiting dan Kodrat alias Polo. Tiga orang yang tewas adalah Makmur alias Bram, Arman, dan Kodrat alias Polo.

Barang bukti yang disita adalah 5 senjata api rakitan, 14 bom pipa, 34 peluru kaliber 9, 2 sepeda motor, sekitar 1 kilogram perhiasan emas, dan 1 kunci motor.

Menurut Kepolisian, para pelaku diduga terkait dengan jaringan kelompok teroris Abu Umar. Ada pengakuan dari empat tersangka bahwa menurut rencana, 14 bom rakitan tersebut untuk meledakkan sejumlah kantor Polri dan TNI.

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Perampok Bersenjata di Bekasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

    Nasional
    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Nasional
    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Nasional
    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Nasional
    PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

    PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

    Nasional
    PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

    PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

    Nasional
    Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

    Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

    BrandzView
    Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

    Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com