Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korupsi, Korupsi, Korupsi..!

Kompas.com - 17/03/2013, 08:50 WIB
Frans Sartono, Putu Fajar Arcana

Penulis

Frans Sartono & Putu Fajar Arcana

”Berkali-kali kata itu bergetar dengan hebatnya, baik di mulut maupun di hati: korupsi, korupsi, korupsi. Akhirnya teguhlah niatku untuk mengerjakannya juga. Berdengung kata itu: korupsi, korupsi, korupsi....” Begitulah Pramoedya Ananta Toer menuliskan gemuruhnya nurani seseorang ketika untuk pertama kalinya melakukan kejahatan bernama korupsi dalam novel yang dibuat Pram tahun 1953 berjudul Korupsi.

Mengikuti cerita balada koruptor dalam novel Korupsi, kita seperti membaca realitas hari ini ketika koruptor dengan segala cara menyiasati diri hingga ia malah terkesan seperti melakukan sesuatu yang benar. Jauh hari sebelum korupsi sebiadab hari ini, Pram sudah membeberkan drama manusia yang dihadapkan pada godaan korupsi. Mari menikmati Korupsi, sambil melihat reality show para koruptor di negeri ini.

Pram dengan gayanya yang lugas, dingin, menggambarkan gejolak jiwa, hati nurani, seorang pegawai yang terombang-ambing dalam pilihan antara berlaku jujur atau korupsi. Godaan begitu hebat di lingkungan kerjanya. Kesempatan ada, lingkungan mendukung, tetapi ada masih sepotong kejujuran dalam nuraninya yang selalu mengingatkannya untuk tidak berlaku jahat.

”Banyak di antara kawan-kawan yang mujur dalam penghidupannya terkenang olehku. Dan akhirnya terniatlah dalam hati, seperti sudah jamak di masa kini: Korupsi,” tulis Pram.

Pram menggambarkan, korupsi bukan hal mudah untuk dimulai oleh seseorang yang sebelumnya menjalani hidup secara lurus, jujur. Namun, reputasi kejujuran yang bertahun-tahun tak terusik itu akhirnya luruh juga oleh gelegak hasrat untuk melakukan tindakan maling. ”Alangkah sakitnya di hati harus mengucapkan selamat tinggal kepada kebiasaan yang dilakukan tiap hari, tiap detik....” 

Akan tetapi, sang calon koruptor (yang akhirnya jadi koruptor), terus mencari pembenaran-pembenaran akan laku koruptifnya. Dengan begitu ia merasa tenang dan nyaman dalam berpesta korupsi:

”Orang lain berbuat begitu juga. Apa salahnya aku mulai mencoba-coba! Mereka bisa punya mobil, malah ada yang mendirikan rumah tiga buah dalam setahun, dan sekaligus pula. Mengapa tidak? Mereka hingga sekarang hidup senang, dan tak satu polisi pun bisa menangkap....”

Ah, sungguh jauh penerawangan Pram puluhan tahun silam. Bukankah apa yang ia tulis itu terjadi hari ini. Sang calon koruptor kemudian dikisahkan oleh Pram telah memantapkan hati dan tekad untuk korupsi. Ia telah menemukan pembenaran untuk mengesahkan dirinya sebagai pahlawan, bukan koruptor. ”Tidak, (korupsi) itu bukan kejahatan, bukan pelanggaran—itu sudah selayaknya.”

Ck..ck..ck...! Bukan main....

Melawan dengan sastra

Novel Pram menginspirasi Tahar Ben Jelloun, seorang penulis Perancis untuk menulis novel berjudul L’Homme rompu atau Korupsi tahun 1994. Jelloun sempat bertemu Pram tahun 1990 di Jakarta setelah membaca karya Pram. Jelloun berkisah tentang korupsi di Maroko, negeri yang pernah dijajah Perancis. Di mana-mana perilaku korupsi adalah kejahatan yang merugikan negara dan rakyat. Dan selalu harus diperangi!

Perang terhadap korupsi lewat narasi-narasi sastra dan pertunjukan pernah dikibarkan oleh Butet Kartaredjasa. Tahun 2004, bersama Whani Dharmawan dan Lephen Purwaraharja, ia menggelar Lomba Naskah Monolog Anti Budaya Korupsi. Lomba diikuti 224 naskah monolog dan tiga naskah pemenang serta 12 naskah nominasi dibukukan dalam Antologi Naskah Monolog Anti Budaya Korupsi tahun 2004. ”Ini cuma langkah kecil, tapi penting,” ujar Butet sembari mengatakan, buku itu ”cuma” dicetak 1.000 eksemplar dan tak pernah cetak ulang.

”Saya tidak kapok meski itu usaha swadaya,” katanya. Ia berhasrat membuat lomba serupa, tetapi khusus buat kalangan siswa dengan naskah realis. ”Monolog itu ringkes bisa dipentaskan di mana dan kapan saja. Dan kepada para siswa kita investasi akhlak, bahwa korupsi itu kejahatan yang merugikan rakyat,” kata Butet.

Tidak itu saja. Butet bersama penulis Agus Noor pernah mementaskan monolog berjudul Koruptor Budiman di Jakarta dan Tanjungpinang tahun 2008. Pentas atas dukungan lembaga Partnership for Governance Reform, itu tak berhasil dipentaskan di Medan. Lakon ini berkisah tentang koruptor yang gagal menyerahkan diri. Tidak ada seorang polisi atau lembaga lain yang menangkapnya. Sebagai koruptor kelas kakap ia heran, mengapa tidak juga ditangkap.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com