Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

HuMa : Kasus Agraria adalah Warisan Kolonial

Kompas.com - 15/02/2013, 16:58 WIB

JAKARTA,KOMPAS.com - Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa) menyatakan, konflik agraria yang saat ini marak terjadi di sejumlah daerah merupakan warisan masa kolonial. Warisan tersebut terkait terkait asas dalam pengambilalihan status kepemilikan tanah oleh negara.

"Akar konflik agraria berawal dari masa kolonial dengan asas domain verklaring," kata Analisis dan Resolusi Konflik HuMa S Rakhma Mary dalam peluncuran Outlook Konflik Sumberdaya Alam dan Agraria di Jakarta, Jumat (15/2/2013). Asas tersebut menyatakan semua tanah yang tak dapat dibuktikan kepemilikannya adalah milik negara.

Rakhma mengatakan sayangnya praktik berdasarkan asas masa kolonial itu ternyata berlanjut pada era Orde Baru hingga Reformasi. Tanah-tanah rakyat, sebut dia, dimasukkan sebagai areal kawasan perkebunan pada masa Orde Baru, yang kemudian izinnya diperpanjang pada era Reformasi.

"Konflik agraria ini memiliki karakteristik yang tersebar merata, muncul di berbagai wilayah, meluas dan berkelanjutan," jelas Rakhma. Data HuMa menyebutkan setidaknya ada 232 konflik sumber daya alam dan agraria selama tujuh tahun terakhir, tersebar di 98 kabupaten/kota di 22 provinsi.

Areal konflik itu mencakup luas 2,043 juta hektare, atau sekitar 20 ribu kilometer persegi. Dalam catatan HuMa, konflik terkait sumber daya alam dan agraria juga sudah menyebabkan 91.968 orang dari 315 menjadi korban.

Rakhma menyebutkan dari sisi jumlah, sektor perkebunan mencatatkan angka terbanyak. Tapi, luasan lahan yang menjadi sengketa, sebagian besar terkait dengan sektor kehutanan.

HuMa mencatat selama tujuh tahun terakhir terjadi 119 konflik di sektor perkebunan, dengan luas area yang dipersoalkan mencapai 415 ribu hektare. Menyusul berikutnya adalah konflik di sektor kehutanan, tercatat 72 kasus dengan luas area mencapai 1,3 juta hektare lahan di 17 provinsi. Adapun konflik pertambangan tercatat 17 kali, dengan cakupan area 30 ribu hektare. (D016/Ella Syafputri)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com