KOMPAS.com — Tak lama setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus proyek Hambalang, Andi Alfian Mallarangeng menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), 7 Desember 2012 silam. Sejak itu, Andi seolah hilang dari sorotan publik. Namun, yang kerap muncul mewakili Andi adalah adiknya, Rizal Mallarangeng. Setiap pekan, Rizal memberikan keterangan pers. Ia menjadi orang terdepan yang membela sang kakak.
Direktur Eksekutif Freedom Institute itu tidak bekerja sendiri. Dia disokong oleh tim "Elang Hitam" yang kerap dibanggakannya setiap kali memaparkan penjelasan kasus Hambalang. Siapakah tim Elang Hitam itu?
Nama Elang Hitam ternyata tidak lepas dari sosok komandan tim ini. Elang Hitam rupanya adalah nama panggilan atau kode bagi Rizal Mallarangeng selama mengikuti roadshow Ketua Umum Partai Golkar Aburizal "Ical" Bakrie ke berbagai daerah. Rizal merupakan Ketua DPP Partai Golkar.
"Selain itu, nama Elang Hitam memang memiliki makna filosofis. Elang itu kan pemakan tikus dan ular, sama seperti KPK dalam memberantas korupsi kan," ungkap Rizal, saat dijumpai Kompas.com, pekan lalu.
Dalam berbagai kesempatan, Rizal selalu menyebutkan bahwa tim Elang Hitam bemarkas di Casablanca HQ. Rupanya, itu bukan nama daerah di kawasan Casablanca, Jakarta Selatan. Kantor tim Elang Hitam adalah di Freedom Institute. Orang-orang yang ada di dalamnya pun merupakan para pegawai lembaga yang banyak bergerak di bidang pendidikan itu. Ia menjelaskan bahwa Casablanca HQ hanyalah sebutannya.
"Dinamakan Casablanca Headquarter (HQ) ini karena terinspirasi dari film Casablanca," ujar Rizal.
Film klasik tahun 1946 itu dibintangi Humphrey Bogart dan berlatar Perang Dunia II. Casablanca adalah sebuah kafe di Maroko yang dijadikan tempat transit para pelarian korban perang. Menurut Rizal, Casablanca mirip dengan peristiwa pasca-ditetapkannya Andi sebagai tersangka.
"Setelah kakak saya jadi tersangka, banyak orang Kemenpora berdatangan ke sini dengan kecemasan dan kekhawatiran akan masa depan mereka. Mereka membawakan dokumen-dokumen proyek Hambalang dan tender proyek ini yang menjadi persoalan," ujar Rizal.
Dari situlah, Rizal membentuk tim Elang Hitam. Praktis semua pegawai Freedom Institute yang berjumlah 30 orang dilibatkan dalam penelusuran ini. Namun, hanya lima orang yang fokus mengurusi Hambalang.
"Lima orang itu latar belakangnya kebanyakan mantan jurnalis. Tiga orang mantan jurnalis, satu orang pernah bekerja di media buying agency, dan seorang lagi admin," ucap Ria Yusnita, salah seorang anggota tim Elang Hitam.
Ria merupakan mantan produser eksekutif program berita di sebuah televisi swasta. Ia mengakhiri kariernya di dunia media pada tahun 2004, lalu bergabung dengan Fox Indonesia besutan Choel Mallarangeng hingga akhirnya ke Freedom Institute.
Bak detektif
Rizal menyebut tim Elang Hitam sebagai detektif swasta. Menurutnya, sebutan sebagai detektif swasta layak diberikan karena tim Elang Hitam bertugas mengumpulkan informasi, observasi, investigasi, hingga wawancara.
"Ini memadukan kerja penyidik KPK dengan gaya wartawan. Yah, bisa dibilang sebagai detektif swasta walaupun sebutan itu hanya gimmick," ujar pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, itu.
Tim ini bekerja berdasarkan data awal dari para pegawai Kemenpora ditambah audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). "Sisanya kita dapat dari wawancara orang-orang dan yang paling penting sih Google. Ini sudah seperti 'detektif Google', ha-ha-ha," ujar Ria berseloroh.