Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rhoma Pede "Nyapres" karena Merasa Populer

Kompas.com - 13/11/2012, 07:19 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Raja dangdut Rhoma Irama dinilai tidak cukup matang untuk memosisikan dirinya secara lebih faktual dan kontekstual di tengah dinamika kontestasi menjelang Pemilu 2014. Salah satunya, Rhoma tidak pernah mempertimbangkan hasil survei sebagai masukan untuk mencalonkan diri sebagai presiden.

"Hingga sekarang, terlalu minim data yang menunjukkan elektabilitas Rhoma. Terlebih jika harus head to head dengan kandidat lain yang sudah beredar sebelumnya," kata pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto, di Jakarta, Selasa (13/11/2012 ).

Sebelumnya, para ulama yang tergabung dalam Wasilah Silaturahim Asatidz Tokoh dan Ulama (Wasiat Ulama) mendaulat Rhoma menjadi capres di Pemilu 2014. Pemimpin grup musik Soneta Grup itu tidak keberatan atas deklarasi dukungan itu.

Gun Gun mengatakan, setiap warga negara memang mempunyai hak untuk memilih dan juga dipilih. Namun, setiap warga yang hendak maju memperebutkan jabatan publik seperti capres atau cawapres mestinya lahir dari perhitungan yang matang dan berbasis indikator yang jelas. Menurut Gun Gun, rasa percaya diri Rhoma saat ini menghadapi wacana pencapresan kemungkinan karena merasa populer.

"Padahal, tidak semua popularitas bisa dikonversi menjadi elektabilitas," ujar Gun Gun.

Sebelumnya, pendukung Rhoma Irama yang tergabung dalam Soneta Fans Club Indonesia (SFCI) mengajukan Rhoma Irama sebagai calon presiden pada pemilu mendatang. Figur seniman yang religius itu diyakini mampu menjadi pemimpin besar dan membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Dukungan tersebut disampaikan puluhan anggota SFCI dari berbagai daerah di Jawa Timur saat menyambut Rhoma Irama di Bandara Internasional Juanda, Surabaya, Kamis (1/11/2012).

Ketua SFCI Surabaya Yusuf Maulana mengatakan, Rhoma adalah figur yang memiliki komitmen kuat memberantas kemungkaran. Karena itu, dia yakin, jika Rhoma terpilih menjadi presiden nanti, pemerintahan Indonesia akan bersih dari berbagai hal berbau korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Dukungan lainnya datang dari Wasiat Ulama. Keberhasilan Roma memimpin kelompok musik Soneta Grup dinilai menjadi salah satu alasan Rhoma pantas dimajukan dalam bursa capres RI.

"Rhoma Irama memiliki jiwa kepemimpinan yang tangguh, itu tecermin ketika memimpin Soneta Grup selama 40 tahun lebih dan tetap solid," ujar Fachrurozy Ishaq, Ketum DPP Wasiat Ulama, dalam deklarasi dukungan di rumahnya, Jalan Mesjid No 8, Rawabunga, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (8/11/2012).

Fachrurozy melanjutkan, alasan lain mengapa organisasi perkumpulan ulama se-Indonesia tersebut mendukung Rhoma Irama menjadi presiden adalah karena Rhoma merupakan salah satu tokoh nasional yang begitu populer di rakyat, khususnya umat Islam, baik nasional maupun internasional.

Selain itu, raja dangdut yang kini aktif menjabat sebagai Ketua Umum Fahmi Tamami (Forum Silaturahmi Ta'mir Masjid dan Mushalla Indonesia) dan Pammi (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia) tersebut merupakan salah satu ulama yang konsisten menegakkan amar makruf nahi mungkar.

Berita terkait wacana pencapresan Rhoma bisa diikuti dalam topik:
Geliat Politik Jelang 2014

Baca juga:
Ruhut: Rhoma Nyapres, Inul Juga Bisa!
Rhoma Irama Jadi Capres, Ulama Gerilya ke Parpol

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

    Nasional
    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

    Nasional
    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Nasional
    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com