Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Menyedihkan Tahanan Politik di Papua

Kompas.com - 08/08/2012, 21:22 WIB
Adri Prima

Penulis

Jakarta, KOMPAS.com - Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mencatat ada sekitar 40 tahanan politik yang ada di Papua. Kondisi mereka disebutkan sangat menyedihkan dan mendapat perlakuan tidak layak.

Menurut peneliti KontraS Papang Hidayat, beberapa di antara tahanan politik di Papua itu dalam kondisi stroke. Bahkan ada yang mengalami gangguan jiwa.

"Sesungguhnya, bagi mereka yang notabene merupakan tahanan politik pada hakekatnya juga warga negara yang hak hidupnya juga harus dijaga," ujar Papang.

Hal ini diungkapkannya dalam diskusi publik yang diadakan KontraS bekerjasama dengan Napas (Nasional Papua Solidaritas), di kantor Sekretariat KontraS di Jalan Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (8/8/2012).

Ia juga menyayangkan sikap pemerintah yang cenderung mengabaikan kondisi para tahanan politik di Papua itu. Walau bagaimana pun, kata dia, hal ini bisa dikategorikan sebagai pelanggaran HAM.

Menurut Papang, para tahanan politik tersebut kebanyakan yang dianggap ikut dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan dikenakan Pasal 106 KUHP tentang Makar.  Ia juga menambahkan bahwa warga Papua sudah merasa menjadi bagian Indonesia yang terdiskriminasi.

"Sampai saat ini, semua tahanan politik yang ada di Indonesia adalah orang Papua. Maka dari itu, pemerintah harus sensitif dalam mengambil langkah-langkah bijak dalam penanganan kasus tahanan politik di Papua," lanjut Papang.

Dalam acara diskusi ini, KontraS juga mengundang Wakil Menteri Hukum dan HAM Deny Indrayana. Namun Deny tidak bisa memenuhi undangan karena harus mengadiri rapat dengan Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com