Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada "Penyusup" di Belakang Gedung KPK

Kompas.com - 03/08/2012, 08:16 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Empat kursi plastik warna biru tampak menganggur di depan mushala di belakang Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Kamis (2/8/2012) sore. Buku, kantong plastik, serta sehelai baju petugas keamanan yang diletakkan di salah satu kursi itu.

Pemandangan ini berbeda dengan situasi empat jam sebelumnya. Jelang zuhur, tiga pria berbadan tegap tampak memenuhi kursi-kursi plastik biru tersebut. Pria-pria itu terlihat seperti "orang biasa". Mereka mengenakan kaus dan celana bahan serta bersepatu kulit mengilap karena disemir. Tak ada ketegangan yang terpancar dari para pria itu.

Namun, hawa siaga terasa. Mereka seolah tengah menjaga sesuatu yang disimpan di balik kursi-kursi biru itu. "Ini kursi-kursi polisi," ujar seorang petugas keamanan KPK kepada Kompas.com. Menurutnya, para polisi bergantian datang ke KPK untuk berjaga di depan mushala belakang gedung KPK. Dari pagi, siang, hingga malam, selalu ada petugas yang berjaga di sekitar sana.

Apakah yang mereka jaga? Tak lain adalah barang bukti yang disita KPK dalam penggeledahan di Gedung Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri, beberapa hari lalu. "Jaga barbuk," kata petugas keamanan itu. Menurutnya, para "penyusup" itu mulai berjaga sejak barang bukti dibawa ke Gedung KPK, Selasa  lalu.

Barang bukti yang merupakan hasil penggeledahan itu disimpan di sebuah kontainer yang bersebelahan dengan mushala di bagian belakang Gedung KPK. Kontainer seukuran rumah petakan itu tampak digembok rapat. Di depan kontainer, ada dua hingga tiga mobil terparkir. "Itu juga mobil polisi," ujar seorang petugas keamanan sambil mengarahkan pandangannya ke sebuah mobil warna perak yang terparkir di depan kontainer.

Mobil itu rupanya tidak kosong. Seorang pria terlihat siaga di kursi pengendali mobil. Mesin mobil pun dinyalakan. Bukan hanya itu, pria berbadan tegap berambut cepak juga terlihat di dalam mushala di belakang Gedung KPK. Meski tengah beristirahat, seorang pria berkemeja hitam berambut cepak tampak siaga. Matanya seolah mengawasi ke segala penjuru.

Keberadaan para "penyusup" itu membuat suasana Gedung KPK semakin tegang. Sehari sebelumnya, seorang pewarta merasa disusupi "intel" di dalam ruangan wartawan. Seorang pewarta yang biasa nge-pos di Gedung KPK itu melihat gerak-gerik mencurigakan seorang pria.

Seorang pria muda mengaku awak dari salah satu televisi swasta, tetapi tidak mengenakan kaus seragam televisi tersebut. Pria berbadan tegap berambut cepak itu, katanya, bertanya banyak hal kepada si pewarta soal kasus dugaan korupsi simulator yang tengah ditangani KPK.

Kasus ini seolah menjadi "rebutan" antara KPK dan Polri. KPK telah menetapkan Inspektur Jenderal Djoko Susilo sebagai tersangka. Seolah tak mau kalah, sehari kemudian Polri mengumumkan lima tersangka dalam kasus yang sama.

Tiga dari lima tersangka Polri itu sama dengan tersangka KPK. Ketiganya adalah Wakil Kepala Korlantas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Didik Purnomo sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK) proyek; pemenang tender, yakni Direktur Utama PT Citra Mandiri Metalindo Abadi (PT CMMA) Budi Susanto, dan saksi kunci dalam perkara itu, yaitu Direktur Utama PT Inovasi Teknologi Indonesia (PT ITI) Sukoco S Bambang.

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto tidak membantah adanya petugas kepolisian yang menjaga barang bukti di belakang Gedung KPK. "Itu, kan, menjaga barang bukti, bukan menghalang-halangi," ujar Bambang, Rabu.

Ihwal petugas Kepolisian yang menjaga barang bukti ini juga diakui pihak Polri. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar mengatakan, penyidik Badan Reserse Kriminal Polri memang menjaga barang bukti di Gedung KPK. "Ada (jaga barang bukti) dari penyidik Bareskrim tipikor," kata Boy saat dikonfirmasi, kemarin.

Belum bisa diakses

Sumber Kompas.com di lingkungan penyelidik dan penyidik KPK mengungkapkan, hingga saat ini barang bukti tersebut belum bisa diakses penyidik meskipun disimpan di Gedung KPK. "Hingga saat ini kami belum bisa mengakses barang bukti meskipun barang bukti ada di KPK karena dijaga Provoost Korlantas," katanya.

Sejak barang bukti tiba di Gedung KPK, Selasa, sekitar empat petugas Korlantas ikut menjaga barang bukti tersebut. Menurutnya, ada ultimatum yang disampaikan Kepala Korlantas Polri kepada penyidik KPK seusai penggeledahan. "Kakorlantas ngasih ultimatum ke kami kalau barang bukti cuma boleh diakses sepengetahuan dia atau Kabareskrim (Kepala Badan Reserse Kriminal Polri)," ungkap dia.

Saat dikonfirmasi, Bambang mengatakan, alat bukti yang disita dari Gedung Korlantas tersebut menjadi kewenangan KPK. "Kami sudah meminta izin dari pengadilan dan pengadilan tindak pidana korupsi sudah memberikan penetepan sejak 30 Juli," katanya, Kamis.

Penetapan tersebut, lanjut Bambang, menjelaskan bahwa barang-barang yang disita melalui penggeledahan berada di bawah kewenangan KPK. Alat bukti tersebut kemudian akan digunakan KPK untuk melengkapi berkas pemeriksaan para tersangka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    Nasional
    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

    Nasional
    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Nasional
    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com