Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Perlu Direstrukturisasi

Kompas.com - 31/07/2012, 16:18 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) harus segera ditata kembali karena selama ini penyalahgunaan wewenang (abuse of power) di tubuh Polri sudah begitu mencemaskan. Hal ini terjadi karena secara struktural, negara menempatkan Polri sebagai alat kekuasaan, bukan lembaga penegak hukum. Polri berada di bawah Presiden.

"Restrukturisasi di dalam tubuh Polri harus segera dilakukan karena kalau polisi dibiarkan begini terus, maka abuse of power-nya akan terus jalan. Lihat saja perseteruan Cicak lawan Buaya dan sekarang anggota Polri yang melakukan penyalahgunaan wewenang (Irjen Djoko Susilo) sulit untuk diperiksa KPK," ujar pengamat kepolisian dan dosen kriminologi Universitas Indonesia Bambang Widodo Umar yang hadir dalam konferensi pers Indonesia Corruption Watch (ICW) di Kantor ICW, Jakarta, Selasa (31/7/2012).

ICW bersama sejumlah tokoh menggelar jumpa pers menyikapi tindakan aparat Polri yang menghalangi penggeledahan Komisi Pemberantasan Korupsi di Gedung Korlantas Polri, Selasa. Selain Bambang, hadir dalam jumpa pers itu, antara lain, Koordinator ICW Dhanang Widoyoko, peneliti ICW Tama S Langkun, Koordinator Investigasi ICW Agus Sunaryanto, dan Ketua YLBHI Alvon Kurnia Palma.

"Kalau polisi itu alat penegak hukum, polisi tidak bertindak seperti sekarang ini. Tindakan penyalahgunaan wewenang polisi itu karena dia alat kekuasaan makanya arogan, alat politik negara," ujar Bambang.

Struktur ketatanegaraan yang menempatkan Polri di bawah Presiden, kata Bambang, rawan penyimpangan karena Polri akan berpihak pada kepentingan penguasa, bukan rakyat. Maka, menurut dia, posisi Polri di bawah Presiden perlu dikaji ulang. Begitu pula posisi Polri di bawah menteri dalam negeri pun kalau tidak ada peraturan yang mengawasi, maka akan sama saja.

"Perlu ada kepastian hukum atau sanksi yg mengikat sehingga anggota dan petinggi Polri tidak bertindak sewenang-wenang pada rakyat atau instansi yang didukung rakyat seperti KPK," terangnya.

Sebelumnya, Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia membantah pihaknya menghalangi dan "menyandera" penyidik KPK yang melakukan penggeledahan di Gedung Korlantas sejak Senin (30/7/2012) malam. Dalam penggeledahan tersebut, KPK menemukan berbagai dokumen terkait kasus dugaan korupsi pengadaan simulator kendaraan roda dua dan roda empat senilai Rp 198,7 miliar.

KPK menemukan cukup bukti adanya dugaan suap Rp 2 miliar kepada Inspektur Jenderal Djoko Susilo selaku Direktur Lantas Polri ketika itu. KPK menetapkan Djoko sebagai tersangka.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

    Nasional
    Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

    Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

    Nasional
    Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

    Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Nasional
    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Nasional
    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Nasional
    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Nasional
    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Nasional
    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    Nasional
    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Nasional
    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Nasional
    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com