Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Golkar Bisa Lebih Buruk daripada Partai Demokrat.

Kompas.com - 08/07/2012, 08:41 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keterlibatan Zulkarnaen Djabar (ZD), anggota komisi VII DPR dari fraksi Partai Golkar, dalam kasus korupsi pengadaan Al Quran ditengarai dapat memperburuk citra Golkar di mata publik melebihi skandal korupsi Partai Demokrat.

Keterlibatan ZD pada kasus korupsi tersebut dapat berimbas pada pendapat publik terhadap internal Partai Golkar dan popularitas Aburizal Bakrie sebagai calon wakil presiden yang diusung Golkar.

"Akibat stigma orde baru yang penuh KKN dan itu sudah melekat pada pandangan masyarakat tentang internal Golkar, nasib Golkar karena kasus korupsi Zulkaraen bisa bertambah buruk dari partai Demokrat," ujar Yunarto Wijaya, pengamat politik Charta Politica di Jakarta, Sabtu (7/7/2012).

Stigma keterkaitan Golkar dengan rezim Orde Baru, menurutnya, karena partai Golkar adalah anak sah dari rezim Soeharto (Orde Baru) yang penuh praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Korupsi yang dilakukan ZD bertolak belakang dengan amanat Golkar untuk menjadi partai yang bersih pasca-Orde Baru.

Nasib Golkar karena korupsi pengadaan Al Quran yang dilakukan oleh ZD dapat berimbas juga pada sisi internal Golkar yang mungkin akan goyah dan dapat bernasib lebih buruk dibanding Partai Demokrat.

"Dalam menghadapi kasus korupsi yang dilakukan ZD, Golkar juga dihadapkan pada potensi kegoyahan di internal Partai. Masalah Zulkarnaen dapat dijadikan oleh pihak yang tidak puas dengan Golkar untuk menjadikannya isu menjelang 2014 yang dapat merontokkan dukungan publik terhadap Ical dan Golkar," tambahnya.

Dirinya turut memaparkan ambruknya popularitas dan elektabilitas partai politik karena korupsi. Banyaknya anggota partai politik yang ditangkap oleh KPK menjadi dasar dari turunnya popularitas dan elektabilitas tersebut.

Contoh yang paling konkret adalah nasib Partai Demokrat. Akibat kasus korupsi wisma atlet yang melibatkan Nazaruddin sebagai anggota partai Demokrat, sejumlah politisi partai itu termasuk juga Angelina Sondakh juga ikut terseret bahkan pemimpin partai Demokrat, Anas Urbaningrum juga turut diperiksa KPK.

Di dalam tubuh Partai Demokrat karena kasus korupsi yang melibatkan anggotanya, kondisi internal partai ikut bergejolak dan mengalami perpecahan. Hal tersebut juga diperparah oleh anjoknya tingkat kepercayaan publik terhadap partai Demokrat.

"Dalam konteks Partai Golkar, efek buruk yang ditimbulkan karena kasus itu bisa jauh lebih parah mengingat beban kelam Golkar di masa lalu. Sejak bergulirnya era reformasi, partai berlambang pohon beringin ini seolah indentik dengan skandal korupsi yang berkaitan dengan praktik rezim Orde Baru. Di sisi lain, pencapresan Ical juga tidak sepenuh hati didukung jajaran elit politisi senior dan berpengaruh Partai Golkar," tambahnya.

Menurutnya benih gesekan antarkelompok dalam tubuh partai politik dalam hal ini Golkar, baik karena korupsi atau pencapresan Ical dapat dengan mudah ditunggangi dan dimanfaatkan oleh kelompok internal maupun eksternal partai. Hal itu sebagai jalan untuk memuluskan target-target politik jangka pendek maupun jangka panjang mereka demi pemenuhan ambisi pribadi.

Dia menambahkan bahwa hal itu tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kasus korupsi dapat digunakan untuk menjegal lawan politik. Kasus yang menimpa ZD dapat digunakan menjegal Ical karena dapat dengan mudah diakumulasi pihak tertentu yang merasa tidak puas setelah deklarasi pencapresan Ical oleh Golkar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Nasional
    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Nasional
    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Nasional
    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Nasional
    Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

    Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

    Nasional
    Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

    Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

    Nasional
    Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

    Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

    Nasional
    Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

    Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

    Nasional
    Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

    Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

    Nasional
    KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

    KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

    Nasional
    TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

    TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

    Nasional
    KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

    KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com