Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MA Himbau Hakim Patuhi Ketentuan UU

Kompas.com - 25/06/2012, 23:45 WIB
Susana Rita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mahkamah Agung meminta seluruh hakimnya yang sudah bergelar doktor untuk mengikuti proses seleksi calon hakim agung di Komisi Yudisial dengan menggunakan jalur yang ditentukan undang-undang. Para hakim terutama hakim tingkat pertama yang bergelar doktor, dilarang mendaftar sendiri ke Komisi Yudisial dengan menggunakan jalur nonhakim.

"Mereka hendaknya memperhatikan syarat Pasal 7 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang MA. Jangan menempuh cara lain yang tidak ditentukan. Ini bisa merusak sistem yang sudah ada," kata Juru Bicara MA, Djoko Sarwoko, Senin (26/6/2012).

Pasal 7 huruf (a) UU Nomor 3 Tahun 2009 mengatur, syarat seorang hakim karier menjadi calon hakim agung antara lain, minimal berijazah magister hukum, berusia minimal 45 tahun, berpengalaman paling sedikit 20 tahun menjadi hakim termasuk tiga tahun menjadi hakim agung, dan tidak pernah dijatuhi sanksi pemberhentian sementara karena melakukan pelanggaran kode etik.

Seperti diketahui, Komisi Yudisial (KY) membuka peluang bagi hakim baik hakim tinggi maupun hakim tingkat pertama asalkan bergelar doktor (berpendidikan Strata 3) untuk mengikuti seleksi calon hakim agung. Mereka dapat mendaftar dengan menggunakan jalur nonkarier seperti akademisi asal mampu menunjukkan Surat Keputusan (SK) mengajar.

Padahal, MA telah mengeluarkan Surat Keputusan Ketua MA pada 30 Desember 2011 lalu. Intinya, setiap hakim yang mendaftar menggunakan jalur nonkarier/nonhakim harus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai hakim. MA mengacu pada ketentuan pasal 7 UU MA sebagai dasar pengeluaran SK Ketua MA.

Menurut Djoko, MA sebenarnya senang apabila hakim karier banyak yang mendaftar sebagai calon hakim agung. Hanya saja, MA tetap meminta setiap hakim memperhatikan ketentuan. "Kalau hakim tidak tunduk pada UU yang mengatur dan bertindak semaunya sendiri, apa perlu hakim itu diberi jabatan yang lebih tinggi?" tanya dia.

Terkait persoalan yang sama, MA telah memastikan penjatuhan sanksi terhadap dua hakim PN yang nekad mengikuti seleksi calon hakim agung pada periode lalu. Binsar Goeltom, hakim dari PN Bengkulu dan Edy Parulian Siregar, hakim dari PN Sidoarjo dijatuhi sanksi karena melanggar perintah atasan yang sudah melarang keikutsertaan mereka melalui SK Ketua MA. Atas sanksi tersebut, keduanya mengadu dan meminta perlindungan hukum ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com