Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

James Mengaku Konsultan Perpajakan di PT Agis Tbk

Kompas.com - 15/06/2012, 20:27 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tersangka kasus dugaan suap terkait restitusi pajak PT Bhakti Investama, James Gunarjo, mengaku berprofesi sebagai konsultan perpajakan di PT Agis Tbk. Pengacara James, Sehat Damanik, mengatakan bahwa kliennya bukan pegawai PT Agis melainkan hanya sebagai konsultan.

"Terakhir dia sebagai advisor atau konsultan dalam bidang perpajakan di PT Agis, bukan sebagai tenaga kerja, hanya sebagai konsultan. Tidak ada kontrak kerja, mulai Januari 2012," kata Sehat di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat (15/6/2012), seusai mendampingi James diperiksa.

Saat keluar gedung KPK seusai diperiksa sekitar tujuh jam, James enggan berkomentar dan langsung masuk ke mobil tahanan. Menurut Sehat, kliennya tidak ada hubungan dengan PT Bhakti Investama. Sehat mengaku bingung mengapa penyidik KPK ikut menggeledah kantor PT Bhakti Investama di lantai 5 gedung MNC Tower, Jakarta, terkait kasus dugaan suap yang melibatkan kliennya itu.

Di PT Agis, lanjut Sehat, James baru diminta sebagai konsultan perpajakan setelah karyawan yang semula mengurusi pajak di perusahaan itu keluar. James pun, sepengetahuan Sehat, tidak mengenal orang Direktorat Jenderal Pajak. Dia juga mengatakan kalau uang Rp 280 juta yang diberikan James ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo, Jawa Timur, Tommy Hindratno bukanlah suap melainkan untuk bayar utang.

Terkait pemeriksaan hari ini, menurut Sehat, kliennya baru ditanya seputar identitas diri. "Seperti dia tinggal di mana, siapa istrinya, dan beberapa anaknya, kemudian ditanyakan terkait dia bekerja di mana, hanya sebatas itu," ujarnya.

Dalam kasus ini, KPK menetapkan James dan Tommy sebagai tersangka. Diduga, James adalah karyawan PT Agis Tbk yang menjadi suruhan PT Bhakti Investama. Ketua KPK, Abraham Samad melalui pesan singkat, Minggu (10/6/2012) mengatakan pihaknya masih melakukan profiling (menggali data) tentang perusahaan tersebut .

"Masih terus melakukan profiling terhadap perusahaan tersebut untuk menggali dan mencari tahu keberadaan dan keterlibatan perusahaan-perusahaan tersebut," katanya.

Memang, kata Abraham, barang bukti suap hanya Rp 280 juta. "Tapi karena ada keterlibatan wajib pajak dari perusahaan cukup besar yaitu Bhakti Investama, maka KPK melakukan penyidikan kasus ini secara intensif," ucapnya.

Jumat pekan lalu, KPK menggeledah kantor PT Bhakti Investama dan melakukan pemeriksaan di kantor PT Agis Tbk yang masing-masing berlokasi di lantai 5 dan 6 gedung MNC Tower. Dalam dokumen prospektus tahun 2008, PT Agis tercatat sebagai perusahaan distributor alat-alat elektronik, rumah tangga, komputer, peralatan multimedia, telekomunikasi, serta logistik.

Perusahaan itu sudah berdiri lebih dari tiga puluh tahun lalu. Susunan pemegang saham PT Agis yang diterbitkan PT Bhakti Share Register pada 31 Mei 2002 mencatat PT Bhakti Investama memiliki 41,31 persen saham senilai lebih dari Rp 138 miliar di PT Agis. Kemudian pada 30 Juni 2004, persentase saham PT Bhakti di Agis berkurang menjadi 40,74 persen.

Namun pada 2008, nama PT Bhakti tidak tercatat sebagai pemegang saham. Keterkaitan PT Agis dengan Bhakti Investama ini dibantah kuasa hukum PT Bhakti Investama, Andi Simangungsong.

"PT Agis itu sama sekali bukan anak perusahaan PT Bhakti Investama, kalau dia berkantor di lantai 6 MNC Tower, ya memang dia nyewa di situ," kata Andi beberapa hari lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

    Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

    Nasional
    Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

    Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

    Nasional
    Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

    Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

    Nasional
    Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

    Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

    Nasional
    Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

    Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

    Nasional
    Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

    Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

    Nasional
    Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

    Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

    Nasional
    Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

    Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

    Nasional
    Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

    Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

    Nasional
    KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

    KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

    Nasional
    Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

    Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

    Nasional
    Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

    Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

    Nasional
    56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

    56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

    Nasional
    Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

    Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com