Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korupedia Akan Berikan Efek Jera kepada Koruptor

Kompas.com - 12/06/2012, 21:29 WIB
Kiki Budi Hartawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Transparency International Indonesia (TII), Selasa (12/6/2012) malam, di Warung Daun Cikini, meluncurkan sebuah website yang mendokumentasikan para koruptor secara abadi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan efek jera dan sanksi sosial kepada para koruptor. Juga sebagai langkah perlawanan praktik tindak pidana korupsi.

Situs yang diberi nama "Korupedia: Ensiklopedia Koruptor Indonesia. Situs ini merupakan inisiatif sukarela dari orang-orang yang sudah jengah dengan berkembangnya korupsi di Tanah Air. Para pendirinya seperti, Heru Hendratmoko, Teten Masduki, Natalia Soebagjo, Danang Widoyoko (ICW), Deva Rachman, Catharina Widyasrini, Aboe Prajitno, Billy Khaerudin, Alex Junaidi, Metta Dharmasaputra.

Selain daftar para koruptor yang akan dipublikasi di situs www.korupedia.org itu, situs tersebut juga dilengkapi dengan tautan berita terkait korupsi di Indonesia. "Seluruh data akan kami verifikasi terlebih dahulu, lengkap dengan tautan terbaru. Setelah itu baru kami publikasikan di Korupedia," ujar Teten.

Menurut Teten, ke depannya, melalui Korupedia Online kami berharap bahwa ensiklopedia ini akan mampu menjadi bahan rujukan bagi gerakan masyarakat sipil dalam melawan korupsi. Harapan kami juga situs ini bisa mendorong upaya penegakan hukum di Indonesia lebih progresif melawan korupsi. Khususnya mendorong akselerasi penyelesaian kasus-kasus yang macet di jajaran penegak hukum," kata Teten.

"Ensiklopedia didedikasikan sebagai ensiklopedia terbuka tentang korupsi di Indonesia. Sumber data kami yang akan kami terbitkan, putusan yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht),"  ujar Sekjen TII, Teten Masduki.

Pada kesempatan lain, Ketua KPK, Busyro Muqoddas menyampaikan dirinya mengapresiasi kreativitas seperti ini. "Ke depan saya harapkan kegiatan ini dipublikasikan di kampus-kampus untuk menciptakan generasi yang baik. Kami akan memberikan informasi dan data-data yang diperlukan oleh Korupedia tanpa diminta," ungkapnya.

Mantan Ketua KPK, Chandra M Hamzah, juga menyampaikan pesan untuk Korupedia. "Kalau bisa dimasukkan juga data kasus yang inkracht tetapi belum dieksekusi. Karena masih banyak koruptor yang belum dieksekusi padahal sudah memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht)," katanya.

Saat ini tidak sedikit juga orang yang berusaha mencoba merusak situs ini dibandingkan mengaksesnya. Adapun susunan redaksi Korupedia adalah Ratna Dasahasta, Arsil, Wawan Suyatmiko, Lais Abid, Suwandi Ahmad, Kaka Prakasa, Nanang Syaifudin. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com