Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Identifikasi Korban Sukhoi Diperkirakan Bulanan

Kompas.com - 12/05/2012, 14:44 WIB
Dyama Khazim Setyadi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Proses identifikasi korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Jawa Barat diperkirakan akan memakan waktu hingga berbulan-bulan karena kondisi jenazah yang kebanyakan tidak lengkap.

"Ini akan makan waktu lama karena kita harus teliti. Karena ini banyak korban dan dalam kondisi tidak utuh," kata Kepala Bidang Pusdokkes Polri Kombes Pol Anton Castilani dalam jumpa pers di RS Polri, Jakarta Timur, Sabtu (12/5/2012).
    
Anton mengibaratkan proses identifikasi itu seperti menyusun "jigsaw puzzle" yang besar. Ia membandingkan dengan kecelakaan kapal di Trenggalek yang membutuhkan waktu 5 bulan untuk identifikasi korban.     

Saat ini, Tim dari Disaster Victim Identification (DVI) Polri sudah mulai melakukan proses identifikasi dari empat kantong mayat yang dibawa ke RS Polri yang dimulai dari pembagian organ tubuh, pendeskripsian dan pencatatan ciri-ciri korban.
    
Meskipun demikian, pengembalian jenazah korban tidak akan dilakukan dalam waktu dekat karena tim masih harus menunggu seluruh proses identifikasi selesai sebelum mengembalikan ke pihak keluarga.
    
"Karena ini banyak korban dan dalam keadaan tidak utuh, kami tidak bisa kembalikan korban satu persatu. Takutnya nanti di kantong mayat terakhir ada bagian tubuh dari jenazah dari kantong mayat pertama," ujarnya.
    
Tak bisa perkirakan waktu

Anton tidak bisa memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan seluruh proses identifikasi tersebut karena pemeriksaan DNA sendiri memakan waktu dua minggu, diluar proses pendeskripsian, pencatatan, maupun pembandingan data ante mortem (semasa korban masih hidup) dengan data post mortem (setelah korban meninggal).
    
"Saya tidak berani janji waktu. Tapi ini masih lama," katanya.
    
Tim DVI akan melakukan pembandingan data antara lain melalui data sidik jari, gigi geligi, DNA, tanda-tanda fisik/medik dan properti yang dimiliki korban.
    
Pihak pemerintah Rusia disebut Anton juga telah menjanjikan untuk mengirimkan ahli DNA untuk membantu proses identifikasi, begitu juga dengan universitas maupun badan di dalam negeri seperti dari Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Lembaga Eijkman maupun tim dokter dari Banten.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

    Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

    Nasional
    Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

    Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

    Nasional
    KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

    KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

    Nasional
    Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

    Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

    Nasional
    Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

    Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

    Nasional
    KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

    KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

    Nasional
    Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

    Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

    Nasional
    Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

    Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

    Nasional
    Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

    Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

    Nasional
    Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

    Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

    Nasional
    Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

    Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    Nasional
    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Nasional
    PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com