Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-Sejarah Belum Diperhatikan

Kompas.com - 30/04/2012, 23:45 WIB
Doddy Wisnu Pribadi

Penulis

MALANG, KOMPAS.com Kajian tentang sejarah, yang terbentuk setelah peristiwa sejarah berlalu, selama ini nyaris belum banyak menjadi perhatian ahli, pakar, dan peneliti serta peminat sejarah.

Padahal, sejarah sesungguhnya tak terhenti hanya sampai sejarah berlalu karena, setelah itu, ada kelanjutan dan konsekuensi terhadap jalannya sejarah pada manusia-manusia di kemudian hari.

Salah satu yang mencolok adalah nasib komunitas keturunan Pangeran Diponegoro yang ternyata tercerai-berai, bahkan bersembunyi tidak berani mengaku bahwa mereka keturunan Sang Pangeran.

Hal itu muncul dalam seminar dan bedah buku karya Dr Peter Carey tentang sejarah Pangeran Diponegoro, Senin (30/4/2012) di kampus Universitas Negeri Malang.

Hadir sebagai pembicara, Peter Carey sendiri, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Profesor Dr Haryono, Direktur KITLV (lembaga Kerajaan Belanda untuk Kajian Indonesia dan Karibia) Dr Roger G Toll, dan R Roni Sodewo (keturunan ke-7 Pangeran Diponegoro).

Sejarah anak-anak tokoh yang terlibat atau disebut dalam sejarah, seperti anak-anak para bekas pengurus partai terlarang semasa G30S dan semua keturunan eks anggota partainya, bahkan sejarah anak-anak tokoh-tokoh Orde Baru pada saat awal hingga Orde Baru setelah tumbang, juga merupakan lembaran sejarah yang perlu dicatat.

"Kisah post-sejarah (pasca-sejarah) justru penting, untuk mengukur kelanjutan perjalanan sejarah itu sendiri. Kisah anak tokoh sejarah bisa mengungkap sudut yang lebih intim dan manusiawi, perihal sang tokoh sejarah, misalnya kisah anak-anak cucu Muso, anak-anak Soekarno, dan bahkan anak-cucu Soeharto," kata Haryono setelah seminar.

Ini menjadikan sejarah sebagai kisah profetik, yang tidak sekadar berupa susunan rangkaian peristiwa, tetapi juga memberi pesan moral, tentang nilai di balik sebuah proses sejarah.

Rakyat Indonesia sebagai pemilik sejarah akan mendapat informasi yang lebih berimbang, perihal pribadi sang tokoh dan latar belakang tindakannya dari sudut kajian sejarah-pascasejarah.

"Di mata anak dan cucunya, Muso, Soekarno, dan Soeharto pasti orang-orang yang disayangi, yang berbeda jika dinilai dalam peran sejarahnya semasa hidup dan saat berkuasa," kata Carey.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Wardiman Djojonegoro, menjelaskan, dia termasuk yang kaget setelah bertemu dengan keturunan Pangeran Diponegoro, yang ternyata hidup serasa dalam pengasingan.

Ada sekitar 20 nama anak keturunan Pangeran Diponegoro dari delapan istri di Jawa dan di luar Jawa, dari jumlah yang tidak diketahui dan masih belum terkumpul. "Jumlah aslinya pasti lebih banyak karena delapan istri, setelah keturunan ketujuh saat ini, pasti sudah banyak orangnya," kata Roni Sudewo.

Baru pada 28 Maret 2012, antara lain dengan dorongan Peter Carey, para keturunan Diponegoro bisa bertemu dan berkumpul di Tegalrejo, Yogyakarta, di bekas markas Diponegoro saat Perang Jawa (1825-1830).

Ternyata, tiap-tiap dari mereka mengungkapkan jalan hidup yang mengharukan karena beban nama Diponegoro. Keturunan di Ambon, bernama Den Soedirman Diponegoro, merasa secara sosial terkucilkan selama hidup mereka karena beban nama Diponegoro.

"Sebagai nama marga, nama itu jelas dianggap bukan nama Maluku. Namun di Jawa, saya dianggap bukan Jawa," kata Den.

Di Jawa Tengah, kisah Roni, keturunan Pangeran Diponegoro terbebani oleh posisi Diponegoro sebagai pemberontak yang tak diterima di lingkungan keraton.

"Banyak dari kami menyembunyikan identitas dengan tidak mengaku sebagai keturunan Diponegoro, apalagi jika pekerjaannya petani atau bukan pekerjaan bergengsi. Namun, ada juga keturunan yang dosen di perguruan tinggi di Yogyakarta," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com