Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"PKS Menghapus Dosa"

Kompas.com - 12/04/2012, 20:58 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Fraksi Partai Keadilan Sejahtera mengubah sikapnya terkait isu krusial dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang Pemilu pada menit-menit terakhir rapat paripurna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/4/2012). Perubahan itu dilakukan terkait dengan isu penghitungan suara menjadi kursi.

Hingga akhir pembahasan di Panitia Khusus RUU Pemilu, F-PKS bertahan pada sikap penghitungan suara menjadi kursi dengan metode divisor dengan varian webster habis di daerah pemilih (dapil). Sikap itu tetap bertahan hingga lobi semalam.

Adapun parpol koalisi lain (minus Partai Golkar) memilih metode kuota murni. Namun, secara mengejutkan, F-PKS mengubah sikapnya ketika voting. Sikap F-PKS akhirnya sama dengan F-Demokrat, F-PKB, F-PPP, dan F-PKB, yakni metode kuota murni. Adapun Golkar tetap bertahan pada metode webster.

Perubahan sikap itu lalu ditanggapi beragam oleh para anggota Dewan ketika voting. Pada saat 54 anggota F-PKS berdiri, berbagai celetukan dari anggota lain terdengar dari alat pengeras suara, seperti "PKS kembali ke jalan yang benar" dan "PKS menghapus dosa".

Celetukan itu disambut tawa para anggota Dewan dan tamu di balkon. Pasalnya, celetukan itu mengingatkan pada peristiwa pembahasan UU APBN-P 2012 di rapat paripurna dua pekan lalu. Saat itu, PKS adalah satu-satunya parpol koalisi yang menolak memberi ruang kepada pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Akibatnya, PKS dianggap telah dikeluarkan dari Sekretariat Gabungan. Hal itu terlihat dari tak lagi diundangnya PKS dalam beberapa kali rapat Setgab. Namun, sampai sekarang, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selalu ketua koalisi belum memberikan pernyataan soal posisi PKS. Tiga kader PKS juga masih bertahan di kabinet.

Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq mengatakan, tidak ada transaksi apa pun dengan Setgab terkait perubahan sikap PKS. "Cara PKS ambil keputusan murni berdasarkan kepentingan nasional dan orang banyak dan tidak transaksional," kata Luthfi di sela-sela rapat paripurna.

Ketua DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengatakan, perubahan sikap PKS dengan mengikuti parpol Setgab itu tidak akan mengubah keputusan Setgab mengenai posisi PKS.

"PKS tetap enggak ada di Setgab. Kemarin itu (sikap PKS soal BBM) terlalu menyakitkan," kata Ruhut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

    Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Nasional
    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasional
    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Nasional
    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    Nasional
    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Nasional
    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Nasional
    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com