Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Busyro: Agar Partai Tak Tersandera, Bangun Gedung Baru

Kompas.com - 27/02/2012, 21:09 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai pihak menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menyandera Partai Demokrat terkait penanganan kasus wisma atlet SEA Games dan perkembangannya yang melibatkan M Nazaruddin, mantan Bendahara Partai Demokrat. Pasalnya, kerja KPK dalam mengenai kasus itu dinilai lamban.

Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas mengatakan, lamanya penanganan kasus wisma atlet lantaran keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki KPK. Jika kondisi SDM itu tidak berubah, menurut Busyro, kemungkinan perkembangan kasus itu tidak akan tuntas hingga satu tahun ke depan.

Pasalnya, tambah Busyro, ada 31 kasus yang melibatkan Nazaruddin yang tengah diselidiki KPK. Nilai proyek dalam seluruh kasus itu mencapai Rp 6,7 triliun.

"Dengan kondisi sekarang ini, ketika penyidik harus keluar daerah atau jaksa harus menghadiri sidang Tipikor di daerah, maka penyelesaian rimba raya kasus yang berawal dari kasus Wisma Atlet mungkin satu tahun belum selesai kecuali jika ditambah SDM," ucap Busyro saat rapat dengar pendapat dengan Komisi III di Komplek DPR, Senin (27/2/2012) malam.

Dikatakan Busyro, jika menambah SDM, ada problem keterbatasan ruang kerja. Lantaran kondisi Gedung KPK di daerah Kuningan, Jakarta Selatan tidak memadai, kata Busyro, ruang kerja Kesekjenan dan beberapa biro seperti keuangan dan SDM terpaksa berbeda gedung. Mereka berkantor di daerah Kebon Sirih.

Minimnya jumlah penyidik yang hanya 95 orang dan jaksa 56 orang, tambah Busyro, mengakibatkan mereka harus bekerja hingga tengah malam setiap hari. Pasalnya, mereka harus menangani lebih dari satu kasus.

Untuk itu, Busyro berharap agar Komisi III mempertimbangkan menyetujui pembangunan gedung baru KPK. Sebelumnya, Kementerian Keuangan belum mengucurkan dana pembangunan Gedung KPK senilai Rp 61 miliar lantaran usulan itu diberi tanda bintang (belum disetujui) oleh DPR atas permintaan Komisi III.

"Kami sudah miliki tanah dan itu tanah negara di kawasan Kuningan. Sehingga tinggal membangun. Ketika dicabut kembali tanda bintangnya maka harapan dari Komisi III agar perkara-perkara itu bisa cepat selesai (bisa terealisasi) dan begitu selesai tidak ada lagi partai yang tersandera. Kami pun sama sekali tidak punya perasaan menyandera siapa pun juga. Itu juga kezaliman yang harus kami hindari," ucap Busyro.

"Inilah problem yang kemana lagi kalau tidak kami sampaikan ke Komisi III. Kalau tidak kami sampaikan, nanti dinilai tidak akui mitra Komisi III. Tapi kalau kami sampaikan, kami harapkan bintangnya bisa segera dihapus," pungkas Busyro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com