Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Media Dikuasai Tokoh Politik...

Kompas.com - 11/02/2012, 15:27 WIB
Maria Natalia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tak hanya pemilik modal yang kini menguasai media. Tokoh-tokoh yang berkiprah dalam bidang politik turut latah untuk menjadi pemilik media, terutama media nasional.

Anggota Dewan Pers, Wina Armada, menyebutnya dengan istilah "juraganisme dalam pers". Pengaruh kepentingan politik, kata dia, setidaknya akan memengaruhi informasi yang diberikan. Meskipun demikian, tak semua media mengaburkan informasi dan fakta yang sebenarnya.

Terkadang wartawannya tidak berani melawan kekuasaan politik ini. Jangan sampai terjadi membuat berita partai A ini kampanye didatangi hanya 500 orang lalu ditulis 5.000 orang. "Ini tidak sesuai dengan kode etik dan terjadi di banyak pilkada," ujar Wina di Jakarta, Sabtu (11/2/2012).

Menurut Wina, tidak salah jika sebuah media dikuasai oleh orang yang berkecimpung di dunia politik dan memiliki kepentingan. Namun, kepentingan itu juga perlu disaring dan tidak terus memanipulasi berita yang akan ditayangkan.

"Punya kepentingan itu tidak masalah. Walaupun miliknya tidak boleh hilangkan kode etik jurnalistik. Sepanjang tidak melanggar aturan kode etik, tidak masalah," kata Wina.

Wartawan senior Albert Kuhon mengungkapkan, media dengan pemilik tokoh politik jangan sampai memberikan berita pencitraan yang tak sesuai kenyataan. Jangan sampai nanti masyarakat kecewa pada akhirnya karena sebelum tokoh politik ini maju, namanya bagus terus, ada pencitraan.

"Ternyata setelah dipilih jadi presiden atau gubernur, mengecewakan. Sama saja dengan menipu publik," kata Kuhon.

Sosiolog UI, Tamrin Amal Tamagola, mengungkapkan, dengan adanya kepemilikan media massa oleh tokoh politik, maka untuk Pilpres 2014 bukan lagi karena capres yang kuat, melainkan juga capres yang dilihat dari pencitraan di medianya.

"Yang saya sangat khawatirkan media hanya sekadar alat corong dari pemilik kekuasaan semata untuk kepentingan politiknya. Tambah sulit lagi itu karena sekarang itu ada apa yang disebut dengan taruhan-taruhan politik. Jadi pemilik media ini juga bertarung di dalam arena politik," ujar Tamrin.

Dalam dunia pers, kata dia, tak ada tawar-menawar pemberitaan. Ada batas toleransi di mana pemilik media mengendalikan pemberitaannya. Kebebasan pers yang bertanggung jawab, kata dia, tetap yang terpenting.

"Kebebasan itu yang harus selalu diperjuangkan. Insan-insan pers harus perjuangkan bahwa kebebasan jurnalisme mereka itu sesuatu yang tidak boleh ditawar," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 30 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soroti Ketimpangan, Megawati: Bisa Beli Handphone, tapi Risma Nangis Ada Juga yang Tinggal di Kandang Kambing

Soroti Ketimpangan, Megawati: Bisa Beli Handphone, tapi Risma Nangis Ada Juga yang Tinggal di Kandang Kambing

Nasional
Ganjar Pranowo: 17 Poin Rekomendasi Rakernas Beri Gambaran Sikap Politik PDIP

Ganjar Pranowo: 17 Poin Rekomendasi Rakernas Beri Gambaran Sikap Politik PDIP

Nasional
Sambut Pilkada 2024, Megawati Minta Kader PDIP Turun ke Akar Rumput

Sambut Pilkada 2024, Megawati Minta Kader PDIP Turun ke Akar Rumput

Nasional
Besok, Joice Triatman dan Pegawai di Nasdem Tower Jadi Saksi di Sidang SYL

Besok, Joice Triatman dan Pegawai di Nasdem Tower Jadi Saksi di Sidang SYL

Nasional
Bongkar Aliran Uang, KPK Bakal Hadirkan Istri, Anak dan Cucu SYL di Persidangan

Bongkar Aliran Uang, KPK Bakal Hadirkan Istri, Anak dan Cucu SYL di Persidangan

Nasional
Megawati: Posisi Politik PDI-P Selama Ini Diputuskan dalam Kongres Partai

Megawati: Posisi Politik PDI-P Selama Ini Diputuskan dalam Kongres Partai

Nasional
Soal Jatah Menteri untuk Demokrat, Wasekjen: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo...

Soal Jatah Menteri untuk Demokrat, Wasekjen: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo...

Nasional
Rekomendasi Rakernas Kelima PDI-P, Megawati Diminta Kesediaannya untuk Kembali Jadi Ketum

Rekomendasi Rakernas Kelima PDI-P, Megawati Diminta Kesediaannya untuk Kembali Jadi Ketum

Nasional
Pertamina Patra Niaga Terus Tertibkan Operasional SPBE

Pertamina Patra Niaga Terus Tertibkan Operasional SPBE

Nasional
Megawati: Ada yang Lama Ikut Katanya Ibu Menghina Sebut Kader, Tahulah Siapa...

Megawati: Ada yang Lama Ikut Katanya Ibu Menghina Sebut Kader, Tahulah Siapa...

Nasional
Pengamat: Permintaan Maaf PDI-P Atas Kadernya yang Melanggar Konstitusi untuk Tunjukkan Sikap Legowo

Pengamat: Permintaan Maaf PDI-P Atas Kadernya yang Melanggar Konstitusi untuk Tunjukkan Sikap Legowo

Nasional
Megawati: Sekarang Tuh Hukum Versus Hukum, Terjadi di MK, KPK, KPU

Megawati: Sekarang Tuh Hukum Versus Hukum, Terjadi di MK, KPK, KPU

Nasional
Ketua DPD PDIP Jatim Said Abdullah Dukung Megawati Soekarnoputri Kembali jadi Ketua Umum PDIP

Ketua DPD PDIP Jatim Said Abdullah Dukung Megawati Soekarnoputri Kembali jadi Ketua Umum PDIP

Nasional
Ditinggal Jokowi, PDI-P Disebut Bisa Menang Pileg karena Sosok Megawati

Ditinggal Jokowi, PDI-P Disebut Bisa Menang Pileg karena Sosok Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com