Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapolri Dikritik tentang Praktik Suap Promosi Jabatan

Kompas.com - 01/02/2012, 17:18 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo dikritik terkait promosi dan mutasi jabatan. Pasalnya, promosi atau mutasi anggota dinilai bukan berdasarkan kinerja, melainkan uang sogokan.

"Ada praktik suap dalam promosi jabatan," kata anggota Komisi III, Herman Hery, ketika rapat kerja bersama para pejabat tinggi Polri di Kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu (1/2/2012).

Herman memberi contoh, berdasarkan laporan yang diterimanya, ada seorang perwira berpangkat ajun komisaris besar menginginkan jabatan sebagai wakil direktur di Polda tipe B. Dia lalu mendekati pihak Sumber Daya Manusia Polri.

"Hasilnya, terjadi pembicaraan perlu disiapkan dana Rp 750 juta. Karena AKBP itu enggak bisa menyiapkan, keluar TR (telegram rahasia mutasi) menjadi Wadir Pam Obvit," kata Herman.

Contoh lain, lanjut politisi PDI-P itu, ada seorang perwira yang dimutasi dan promosi hingga tiga kali dalam waktu empat bulan. Pada 19 Oktober 2011, papar dia, keluar TR untuk Kapolrestabes Samarinda yang dipromosikan menjadi Dirlantas Polda Bali. Lalu, pada 20 Desember 2011, dia dimutasi menjadi Kasubdit Patwal Baharkam Polri.

"Tanggal 26 Januari 2012, dia dipromosikan lagi jadi Dirlantas di Polda Sumatera Utara. Terus terang jabatan Kasubdit Patwal ini jabatan kering. Dia dipindah jadi Dirlantas Polda Sumut. Siapa yang tidak mau jadi Dirlantas Polda Sumut? Rupanya, dia dipindah dari Dirlantas Polda Bali karena ada kombes lain yang inginkan jabatan itu," kata dia.

"Kalau kita mau jujur buka-bukaan, minta semua polisi bersuara, mungkin ada 1.000 surat yang akan masuk. Di mana fungsi Deputi SDM," tambah Herman.

Seharusnya, lanjut Herman, ada perlakuan adil untuk semua anggota. Misalnya, jika sudah dua tahun bertugas dengan baik di pedalaman Indonesia bagian timur, sebaiknya anggota tersebut dapat dipromosikan ke Pulau Jawa.

"Jangan promosi jabatan karena uang. Itu akan mengakibatkan anggota sakit hati sehingga dalam melaksanakan tugas tidak sungguh-sungguh. Apalagi ditambah gaji kecil, dana operasi pas-pasan," pungkas Herman.

Terkait kritikan itu, Kapolri mengatakan, mutasi atau promosi untuk ajun komisaris besar ke atas ditangani Mabes Polri. Di bawah itu, diserahkan sepenuhnya kepada Polda dengan pemantauan Mabes Polri. Namun, Kapolri tak menjawab mengenai tudingan adanya suap dalam promosi itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Nasional
Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Nasional
Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Nasional
Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Nasional
Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Nasional
Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com