Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Kepemimpinan SBY Masih Mengambang

Kompas.com - 26/09/2011, 15:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Janji pemerintah di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memperbarui gaya kepemimpinan terkait rencana perombakan kabinet, dinilai masih mengambang. Saat ini rakyat membutuhkan kerja nyata yang memihak mereka, bukan sekadar wacana.

Penilaian itu disampaikan Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo, di Jakarta, Senin (26/9/2011). Dia menanggapi pernyataan pemerintah. terkait rencana perombakan Kabinet Indonedia Bersatu II.

Ketika menjelaskan target dari rencana reshuffle kabinet pada Oktober mendatang, kantor kepresidenan menjelaskan bahwa Presiden berniat menerapkan gaya baru dalam pemerintahannya. Dijelaskan bahwa gaya baru itu diperlukan untuk mengakselerasi perubahan.

Menurut Bambang Soesatyo, pernyataan soal gaya pemerintahan baru itu masih mengambang alias tidak jelas. "Siapa yang bisa mencerna dan memaknai dengan tepat bunyi kalimat 'gaya baru memerintah' dan 'akselerasi perubahan' itu? Mungkin tidak banyak, karena serba abu-abu, mengambang, dan bahkan praktis belum bermakna apa pun. Itu lebih merupakan permainan kata-kata agar terlihat gagah dan konseptual," katanya.

Gaya memerintah adalah persoalan yang tidak mendesak untuk diwacanakan di ruang publik. Apalagi, niat untuk menerapkan gaya baru pemerintahan itu, berarti ada masalah dengan gaya pemerintahannya saat ini.

Sejauh ini, lanjut Bambang, publik hanya paham bahwa pemerintahan di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono sekarang lamban dalam merespons berbagai persoalan. Beberapa kementerian bahkan terbelit skandal korupsi. Soal akselerasi perubahan, juga kurang jelas maksudnya.

Pertanyaannya, ungkap Bambang, perubahan apa yang ingin segera diwujudkan sepanjang sisa waktu tiga tahun pemerintahan Yudhoyono-Boediono? Menegakkan hukum yang sudah demikian karut marut? Atau, merevitalisasi potensi ekonomi nasional yang merosot, akibat adopsi liberalisasi pasar tanpa pelindungan atas kepentingan nasional?

"Tuntutan rakyat kepada Presiden Yudhoyono dan Boediono sangat sederhana, yaitu memberi bukti bahwa pemerintahan mereka pro-rakyat," ucap Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

Nasional
Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com