Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Separatisme Papua Makin Mengkawatirkan

Kompas.com - 11/08/2011, 22:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Masalah separatisme di Papua akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan. Masyarakat Papua di Jayapura, dan Manokwari menuntur referendum dengan opsi merdeka.

Bila kondisi tersebut tidak segera diselesaikan, perkiraan Papua bakal lepas dari NKRI, mungkin saja bisa terjadi. Demikian diungkapkan Koordinator Kontras, Usman Hamid, dalam acara diskusi bertajuk Negara Gagal: Intoleransi dan Disintegrasi Bangsa, di Kantor DPP Nasdem, Jakarta, Kamis (11/8/2011) malam.

Menurutnya, seharusnya pemerintah menyadari jalan kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan konflik di Papua. "Tanda-tanda Papua akan segera lepas dari NKRI sudah semakin jelas. Mereka (masyarakat Papua) ditenggarai sudah memilki sponsor yang siap mendukung kemerdekaan di wilayah timur Indonesia ini," ujar Usman.

Maraknya aksi penembakan dan penghadangan, kata Usman, telah meresahkan masyarakat Papua. Sasaran tembak tidak hanya kepada TNI dan polisi, namun masyarakat umum saat ini sering dijadikan target kekerasan.

Sehingga setiap aksi kekerasan seringkali diyakini banyak orang adalah separatis Papua. "Hal ini telah menambah keyakinan kita bahwa kelompok separatis kini sudah menjadi ancaman disintegrasi bangsa," tuturnya.

Meskipun Papua memilki kekayaan yang luar biasa, kata Usman, penyebab separatisme di daerah tersebut yang lain adalah tidak meratanya distribusi sumber daya ekonomi. "Rakyat masih tetap miskin. Contoh, adalah Freeport, bagaimana kapitalisme mengeksploitasi sumber daya lokal dengan sepuas-puasnya," kata Usman.

Oleh karena itu, lanjut Usman, penyelesaian kasus Papua sudah semestinya menjadi prioritas negara. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menyatakan tekadnya untuk menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM di Papua.

Namun, menurut Usman, tekad tersebut tidak diikuti dengan langkah-langkah kongkrit untuk segera menyelesaikannya hingga tuntas. "Para pemimpin di semua tingkatan pemerintah harus waspada terhadap ketegangan yang sedang terjadi saat ini. Dan mereka harus melakukan segala hal dengan kekuasaan mereka untuk memastikan setidaknya keadaan ini tidak semakin buruk," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat 'Nyantol'

Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat "Nyantol"

Nasional
Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Nasional
Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Nasional
Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Nasional
Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar 'Open House'

Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar "Open House"

Nasional
KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

Nasional
Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Nasional
Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 'Supplier' Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 "Supplier" Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com