Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menhan: Insiden di Pinai Terkait Politik

Kompas.com - 03/08/2011, 22:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, insiden penyerangan yang terjadi di Pinai, Papua pada Jumat (29/7/2011) dan di jalan poros Koya-Abepura, Papua, Senin (1/8/2011) terkait dengan masalah politik. Purnomo mengatakan hal ini tak lepas dari upaya Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang menuntut kemerdekaan Papua.

"Pada prinsipnya, NKRI harus dipertahankan. Tidak ada alasan untuk menaikkan bendera Bintang Kejora di Papua," kata Purnomo kepada para wartawan di sela-sela acara buka bersama di Istana Negara, Jakarta, Rabu (3/8/2011).

Menhan mengatakan, NKRI adalah harga mati. Purnomo mengingatkan agar tak ada lagi anak bangsa yang ingin mengubah NKRI. Pemerintah, sambungnya, akan memproses semua orang yang terlibat dalam organisasi separatisme tersebut.

Ketika ditanya apakah penyerangan di Pinai dan Abepura itu terkait dengan Koferensi Internasional Lawyer for West Papua (ILWP) di London pada Selasa (2/8/2011) silam, Purnomo meragukannya. "Mereka tidak menyadari bahwa konferensi itu telah dilakukan di London," kata Purnomo.

Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam di Mabes Polri menjelaskan, penyerangan di Pinai terjadi ketika 16 anggota OPM, lima diantaranya membawa senjata api laras panjang, mendatangi para pekerja pembangunan menara stasiun televisi di wilayah Pinai. Mereka melarang pembangunan dilanjutkan.

Setelah kejadian itu, jelas Anton, para pekerja melaporkan ke polisi terdekat yang tengah berjaga di rumah Bupati Paniai. Petugas di rumah Bupati lalu menghubungi Kepala Polres Paniai. "Kapolres lalu memerintahkan Brimob untuk mendatangi lokasi," ucap Anton.

Ketika anggota Brimob ke lokasi, tambah Anton, mereka malah ditembaki. Setelah itu, terjadi baku tembak. Kelompok OPM lalu melarikan diri ke arah Timur. Tak ada korban tewas maupun luka dalam peristiwa itu.

Di sekitar lokasi, ucap Anton, polisi menemukan 4 tas, 7 baju loreng, 4 celana panjang, 1 jaket loreng, 7 butir amunisi SS1, 1 butir amunisi Mouser, 2 sangkur, 2 ponsel, dan 1 bundel dokumen OPM.

Sementara itu, Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Wachyono mengatakan, dalam penyerangan di jalan poros Koya-Abepura, para pelaku memalang jalan dengan batang pohon.

Menurut keterangan para saksi, setiap kendaraan diminta berhenti. Kemudian, para pelaku segera menyerang penumpang kendaraan. Selain menggunakan parang, para penyerang juga menggunakan senjata api. Akibat penyerangan tersebut, empat orang tewas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com