Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Majikan Mau Melepas Jilbab Saya

Kompas.com - 04/05/2011, 18:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ribuan tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Jeddah, Arab Saudi tiba di tanah air. Raut wajah nan lelah bercampur rasa lega saat mereka pada akhirnya tiba di Indonesia setelah berlayar menggunakan Kapal Motor milik Pelni, KM Labobar.

Setiap TKI membawa ceritanya sendiri-sendiri. Begitu juga Isnawati (26) yang sudah lebih dari lima tahun bekerja di Jeddah, Arab Saudi. Wanita asal Cirebon, Jawa Barat, akhirnya menyerah dan memilih pulang ke Indonesia setelah lima tahun mengadu nasib di Arab Saudi.

Dengan kondisi hamil tua, dia masih bisa memangku putrinya Naila (2) saat bercerita mengenai pengalamannya selama menjadi TKI di Arab Saudi kepada Kompas.com.

"Saya berangkat ke sana karena keinginan sendiri. Di majikan pertama saya benar-benar capek. Bangun setiap hari jam tujuh pagi, kemudian langsung mengantar anak majikan saya ke sekolah. Saya harus menunggu sampai jam 1 siang, lalu pulang dan mulai bekerja beres-beres rumah lagi dan melakukan pekerjaan lainnya sampai jam larut malam, tidur itu biasanya jam tiga pagi," kata Isnawati saat ditemui di ruang tunggu Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (4/5/2011).

Kondisi ini semakin diperparah dengan sikap majikan laki-laki yang suka mengganggu dia. Ditambah sikap kasar majikan perempuan karena merasa cemburu kepada Isnawati.

"Kadang anak majikan saya yang sudah bujang juga suka gangguin saya. Pas saya lagi kerja, dia udah ada di belakang saya dan mau melepas jilbab yang saya kenakan. Dia bilang mau lihat rambut. Saya gak mau, langsung saya tinggal," kata ibu yang sedang mengandung anak kedua ini.

Isnawati mengaku dia memilih kabur dari majikannya yang pertama karena suatu saat dia hampir dipukul majikan perempuannya dengan menggunakan palu. "Saya langsung lari saja, gak sempat bawa apa-apa lagi," kata Isnawati.

Beruntung tiga majikannya yang terakhir baik. Menurut Isnawati, gajinya selalu dibayar rutin, dan jam sepuluh malam dia sudah bisa tidur. Pernah dalam sebulah dia mendapatkan 1.300 Real atau hampir sekitar Rp 3 juta. Dan uang tersebut biasanya dia kirim ke kampung.

Setelah dilihat berhasil, Erwin, suami Isnawati, memilih untuk menjadi TKI juga. "Saya sempat kerja tiga tahun jadi TKI lalu suami saya menyusul. Dia kerja dibagian dekorasi, seperti membuat air mancur dan pahat patung. Saat ini suami saya masih tinggal di Arab Saudi dan mungkin tahun depan baru pulang ke Indonesia," tuturnya.

Meskipun tiga majikan terakhir baik. Isnawati tetap memilih pulang ke Indonesia. Dia berencana membuka bisnis bersama suami. Dia mengaku keluarganya di Cirebon senang akan kepulangannya.

"Alhamdullilah keluarga di Cirebon senang dengan kepulangan saya. Paling di sana saya ngurus anak sambil buka usaha. Nunggu suami saya pulang dulu baru tahu mau usaha apa. Yang jelas saya gak mau jadi TKI lagi, lelah dan gak tahan," kata Isnawati.

Isnawati adalah salah satu TKI dari ribuan TKI yang pulang hari ini. Dari data Kementerian Kesehatan RI, tercatat ada 2.352 orang penumpang yang diangkut menggunakan KM Labobar. Terdiri dari 2.163 orang dewasa, 123 orang diantaranya ibu hamil, 93 anak-anak dan 96 bayi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com