JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Inspektur Jenderal Ansyaad Mbai mengutarakan, tujuan utama aksi terorisme dengan menyebar bom di sejumlah daerah adalah mempermalukan pemerintah.
Pelaku teror berusaha menunjukkan kelemahan pemerintah. "Setiap kali berhasil, mereka tidak muncul lagi. Sehingga dimanfaatkan orang-orang, wah, pemerintah lemah, sehingga pada akhirnya saling tuduh," ujar Ansyaad dalam diskusi bertajuk "Setelah Bom Buku Terbitlah Isu" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (19/3/2011).
Menurut Ansyaad, selain menunjukkan kelemahan pemerintah, peneror sengaja menimbulkan konflik horizontal antarwarga. Mereka membuat terjadinya saling tuding dan saling tuduh dalam masyarakat. "Nah, ini sudah hampir tercapai tujuan kedua," katanya.
Para peteror tersebut, lanjut Ansyaad, menggunakan media untuk menyebarluaskan pesan aksi mereka dan menimbulkan kepanikan masyarakat. Media berperan menjadi corong para pelaku teror.
"Media untuk memblow up reaksi brutal dari pemerintah," ucap Ansyaad. Oleh karena itu, kata Ansyaad, pemerintah sebaiknya tidak panik menghadapi teror pengiriman paket mencurigakan untuk personal.
Menurut Ansyaad, jika pemerintah menanggapi aksi tersebut dengan brutal dan berlebihan, lagi-lagi tujuan para pelaku teror tersebut tercapai. "Misalnya menurunkan panser, komando perang, seperti (Presiden Amerika) Bush, itu tercapai tujuan mereka," ungkapnya.
Hal senada diutarakan psikolog massa dari Universitas Padjajaran, Zainal Abidin. Menurutnya, para peteror bertujuan menimbulkan kepanikan masyarakat secara luas.
"Bahasa psikologinya, paranoid. Bukan hanya orang-orang kritis yang panik tapi juga ibu rumah tangga, kasus lain ibu menteri panik ketika di pesawatnya ada bungkusan hitam," kata Zainal.
Kemudian, media massa turut membantu kesuksesan tujuan para pelaku teror tersebut. "Di bagian depan koran misalnya, selalu ditampilkan sehingga masyarakat cemas seolah sekarang arah-arahnya bukan hanya pada aktivis A, yang dicurigai Yahudi, tapi juga masyarakat luas," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.