Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Koalisi, Pidato SBY Tak Tegas

Kompas.com - 02/03/2011, 17:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait keberlanjutan koalisi dinilai tidak tegas. Pasalnya, Presiden tak menunjuk langsung partai politik anggota Sekretariat Gabungan Parpol Pendukung Pemerintah yang dikatakan melanggar kesepakatan koalisi.

Demikian disampaikan secara terpisah oleh pengamat politik Ikrar Nusa Bakti dan Burhanuddin Muhtadi kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (2/3/2011).

"Seharusnya Presiden mengatakan, 'Kalau Anda tetap membandel, membangkang, ya jangan salahkan saya jika Anda saya keluarkan dari kabinet'," kata Ikrar.

"(Pidato Presiden) tidak menunjuk secara tegas partai mana yang melanggar. Selain itu, sanksinya juga tidak disebutkan, apakah dalam bentuk reshuffle secara keseluruhan atau pengurangan jatah menteri. Deadline sanksi juga tidak disebutkan. Presiden hanya mengatakan akan berkomunikasi dengan pimpinan parpol," kata Burhanuddin.

Bagi Ikrar, Presiden terlihat senang menggunakan media massa untuk mengancam pimpinan parpol yang dinilai membangkang. Alih-alih menggunakan media, kata Ikrar, jauh lebih efektif jika Presiden memanggil para pimpinan parpol pendukung pemerintah.

"Sebagai pimpinan Setgab, Presiden seharusnya dapat duduk bersama dengan pimpinan parpol anggota koalisi. Ini jauh lebih elegan dan lebih direct ketimbang ancaman di media massa," katanya.

Sementara itu, bagi Burhan, Presiden ingin menyampaikan pesan tertentu melalui pidatonya yang disiarkan langsung televisi.

"Presiden ingin mencoba mengesankan di depan publik, kalaupun terjadi reshuffle, itu bukan tekanan dari berbagai macam pihak, melainkan inisiatif yang diambil sendiri dengan melihat kondisi koalisi yang tidak solid," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com