JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya, Arkan (10) dan Ayyi (8) tidak berangkat ke sekolah. Senin (7/2/2011) pagi itu kedua anak itu memilih tinggal di rumah.
"Dua anak saya tidak bisa ke sekolah karena ayahnya tidak bisa mengantar. Apalagi, tadi pagi itu hujan deras," kata Rina, istri Deden Dermawan yang jadi korban bentrokan antara jemaah Ahmadiyah dan warga Cikeusik, Pandeglang (Banten), saat ditemui Kompas.com di sebuah rumah sakit di Jakarta, Senin (7/2/2011).
Rina menuturkan, Arkan dan Ayyi rutin diantar ayahnya ke sekolah dengan sepeda motor. Jadi, agak sulit mengajak kedua anaknya sekolah kalau Deden tidak ada di rumah.
"Anak-anak sih lagi di rumah, nggak ikut jenguk ayahnya. Mereka belajar dan main kayak hari-hari biasa," katanya.
Menurut Rina, anaknya tahu kabar sang ayah jadi korban ketika sedang mengakses situs berita di internet. Hanya anak perempuannya yang sering menangis gara-gara kejadian Minggu pagi itu.
"Anak pertama kami yang putra masih kuat menghadapi keadaan ayahnya, tapi anak kedua yang perempuan itu suka menangis," keluh Rina.
Kondisi mental Deden Dermawan, korban dari jemaah Ahmadiyah yang bentrok dengan warga di Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten masih syok. Kesehatan Deden sendiri mulai stabil, tapi masih mengalami luka luar di kepala, kaki dan tangan kanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.