Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Poros Tengah "Maju Kena Mundur Kena"

Kompas.com - 02/01/2011, 08:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wacana pembentukan kekuatan baru, poros tengah, yang digulirkan PPP dan PKS, dinilai pengamat politik Burhanuddin Muhtadi, Sabtu (1/1/2011), rentan mendapatkan sambutan jika gagal mendapat dukungan Partai Demokrat. Apalagi, Demokrat terang-terangan meminta wacana pembentukan poros baru itu dihentikan.

Tanpa dukungan Demokrat, partai menengah tidak akan solid mendukung gagasan itu. Selain itu, ide koalisi partai menengah juga membangkitkan memori lama saat Amien Rais membentuk poros yang sama untuk mengganjal Megawati Soekarnoputri.

"Karena memori lama itu sangat terkait dengan pengubuan antara partai tengah yang berbasis Islam, susah mendapat dukungan dari partai tengah yang berbasis nasionalis, seperti Gerindra dan Hanura. Sementara PAN dan PKB sangat pragmatis untuk melihat kecenderungan arah Demokrat dan Golkar," ujar Burhan saat dihubungi Kompas.com.

Pembentukan poros ini dipicu kekhawatiran partai tengah akan dominasi partai besar, seperti Demokrat, Golkar, dan PDI-P, dalam pembahasan paket undang-undang politik, terutama yang berkaitan dengan parliamentary threshold (PT). Menurut Burhan, PPP dan PKS tidak bisa berjalan sendiri dengan poros baru tanpa melibatkan Demokrat.

"Ide itu sudah bertepuk sebelah tangan karena Demokrat menyampaikan ancaman agar menghentikan wacana itu atau keluar dari koalisi. Ide itu lebih sebagai psy war untuk mencari perhatian Demokrat dan SBY. Jadi, posisi partai tengah itu dilematis, terpojok karena posisi tawar tidak tinggi, maju kena mundur kena," ujarnya.

Tidak digubrisnya ide ini oleh Demokrat, lanjut Burhan, karena partai bentukan SBY itu memainkan politik realis. Demokrat menyadari, secara realitas politik, Golkar lebih memengaruhi dinamika politik dibandingkan dengan partai tengah.

"Kekuatan sumber daya finansial Golkar besar dan jam terbang politisi Golkar yang licin dan licik membuat Demokrat memahami realitas bahwa tanpa dukungan Golkar mereka kelimpungan. Maka, mereka memberi konsesi lebih besar pada Golkar," kata Burhan.

Wacana lain yang disodorkan PKS dan PPP dengan menggandeng PDI-P juga dinilai tidak akan mendapat sambutan dari partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu. Sekretaris Jenderal PDI-P Tjahjo Kumolo menegaskan, partainya tidak mau dimanfaatkan sebagai alat untuk menaikkan daya tawar partai tengah dalam koalisi. Ia menantang PPP dan PKS, jika ingin mengajak berkoalisi, harus berani menyatakan keluar dari koalisi pemerintahan.

"Jangan satu kaki di sini, satu kaki di sana," ujar Tjahjo, beberapa hari lalu di Megawati Institute.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com