Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam Keniscayaan Daulat Alam

Kompas.com - 20/12/2010, 07:19 WIB

Oleh Ninok Leksono

"Di (Pulau) Jawa saja, 120 juta orang tinggal di dalam bayang-bayang lebih dari 30 gunung berapi." (National Geographic, "Volcano", 2010)

"Kabar baik sudah sangat banyak. Kabar buruknya adalah stabilitas yang ada sekarang ini, betapapun kita menghargainya, sesungguhnya rapuh mengkhawatirkan." (The Economist, 19/12/2010, mengomentari perekonomian dunia pascaresesi)   

Akhir Desember, bagi banyak orang, adalah momen refleksi, saat untuk mengambil jarak atas kejadian yang berlangsung 12 bulan sebelumnya. Tak ayal, yang terlintas—lazimnya—adalah rentetan hari yang hiruk-pikuk, dilatarbelakangi oleh beradunya kepentingan politik, oleh upaya ekonomi yang tak selalu berhasil, dan ketegangan sosial yang dipicu kepongahan dan perasaan diri paling benar.

Di luar itu, atau justru karena sibuk terlilit oleh urusan manusiawi dan duniawi tersebut, umumnya sebagian besar dari kita lupa, atau mungkin lengah, pada agenda alam tempat manusia berpijak. Sebagian besar kita lupa pada keniscayaan "suratan takdir" yang telah ditetapkan pada alam, bahwa pada saat-saat tertentu sebuah gunung berapi akan meletus, dan pada saat tertentu ketegangan di antara lempeng-lempeng tektonik yang selama beberapa (puluh atau ratus) tahun terakhir akan berujung pada pelepasan energi berupa gempa bumi dahsyat. Itulah keniscayaan daulat alam.

Kata orang bijak, gempa tak menimbulkan bencana, tapi bangunan yang robohlah yang menimbulkan bencana. Gunung berapi juga tak menimbulkan bencana, tapi kelambanan kita menjauhinya saat ia murkalah yang mendatangkan bencana.

Refleksi atas bencana alam boleh jadi anakronistis atau tidak tepat waktu menjelang pergantian tahun yang diharapkan menghadirkan rasa nyaman dan bahagia. Tapi jelas ia bukan anathema, karena bahkan di tahun yang baru pun, bahkan di tahun-tahun sesudahnya, ancaman itu akan terus ada. Faktanya, Tanah Air Indonesia akan terus berada di atas kawasan Cincin Api Pasifik, tempat bertemunya lempeng-lempeng tektonik utama dunia, yang juga ditandai oleh ratusan gunung berapi, yang secara bergiliran akan meletus dari waktu ke waktu.

Dalam perspektif itulah tahun ini Kompas mengangkat refleksi bencana 2010 sebagai tema utama Laporan Akhir Tahun. Ini bukan dengan semangat mencari kesalahan, tapi untuk mendapatkan kesadaran baru dan pengetahuan lebih banyak guna mempersiapkan diri lebih baik dalam menyongsong gempa dan letusan gunung berapi yang niscaya akan terjadi tersebut.

Dengan kesadaran baru, kita berharap bukan saja mampu menjadi bangsa pembelajar, melainkan juga lebih punya pegangan ketika menghadapi alam yang bagi dirinya sedang mencari keseimbangan baru, tetapi sedang murka menurut paham manusia.

Persiapan jelas tak bisa main-main karena yang kita hadapi sungguh alam yang mahaperkasa. Gunung-gunung berapi di Cincin Api Pasifik—menurut National Geographic ("Volcano", 2010)—adalah yang paling aktif di dunia. Sebanyak 450 dari 1.900 gunung api yang berada di dunia ada di kawasan tapal kuda yang terentang sepanjang 40.000 kilometer ini.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Budiman Sudjatmiko Pastikan Tak Ada “Deadlock” Pertemuan Prabowo dan Megawati

    Budiman Sudjatmiko Pastikan Tak Ada “Deadlock” Pertemuan Prabowo dan Megawati

    Nasional
    Kode PAN soal Jatah Menteri ke Prabowo, Pengamat: Sangat Mungkin Dapat Lebih

    Kode PAN soal Jatah Menteri ke Prabowo, Pengamat: Sangat Mungkin Dapat Lebih

    Nasional
    Pengamat Usul Anggota BPK Diseleksi Panitia Independen Agar Tak Dimanfaatkan Parpol

    Pengamat Usul Anggota BPK Diseleksi Panitia Independen Agar Tak Dimanfaatkan Parpol

    Nasional
    KPU Tak Masalah Caleg Terpilih Dilantik Belakangan Usai Kalah Pilkada

    KPU Tak Masalah Caleg Terpilih Dilantik Belakangan Usai Kalah Pilkada

    Nasional
    Zulhas: Katanya PAN Cuma Bisa Joget-joget, Eh Capres yang Menang Bisa Joget

    Zulhas: Katanya PAN Cuma Bisa Joget-joget, Eh Capres yang Menang Bisa Joget

    Nasional
    Prabowo Bilang Ada Partai Klaim Sosok Bung Karno, Budiman Sudjatmiko: Bukan Diskreditkan PDI-P

    Prabowo Bilang Ada Partai Klaim Sosok Bung Karno, Budiman Sudjatmiko: Bukan Diskreditkan PDI-P

    Nasional
    Ketua KPU: Caleg Terpilih Tak Perlu Mundur jika Maju Pilkada 2024

    Ketua KPU: Caleg Terpilih Tak Perlu Mundur jika Maju Pilkada 2024

    Nasional
    Zulhas dan Elite PAN Temui Jokowi di Istana, Mengaku Tak Bahas Kursi Kabinet

    Zulhas dan Elite PAN Temui Jokowi di Istana, Mengaku Tak Bahas Kursi Kabinet

    Nasional
    Demokrat Tak Khawatir Jatah Kursi Menteri, Sebut Prabowo Kerap Diskusi dengan SBY

    Demokrat Tak Khawatir Jatah Kursi Menteri, Sebut Prabowo Kerap Diskusi dengan SBY

    Nasional
    PAN Lempar Kode soal Jatah Menteri, Demokrat: Prabowo yang Punya Hak Prerogatif

    PAN Lempar Kode soal Jatah Menteri, Demokrat: Prabowo yang Punya Hak Prerogatif

    Nasional
    Zulhas Bawa 38 DPW PAN Temui Jokowi: Orang Daerah Belum Pernah ke Istana, Pengen Foto

    Zulhas Bawa 38 DPW PAN Temui Jokowi: Orang Daerah Belum Pernah ke Istana, Pengen Foto

    Nasional
    Golkar, PAN dan Demokrat Sepakat Koalisi di Pilkada Kabupaten Bogor

    Golkar, PAN dan Demokrat Sepakat Koalisi di Pilkada Kabupaten Bogor

    Nasional
    Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

    Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

    Nasional
    Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

    Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

    Nasional
    Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

    Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com