Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muhammadiyah Butuh Regenerasi

Kompas.com - 05/07/2010, 09:09 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Muhammadiyah membutuhkan regenerasi kepemimpinan agar tidak menimbulkan krisis kepemimpinan institusional. Tuntutan regenerasi itu muncul menyusul banyaknya pengurus lama pada Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2005-2010 yang dicalonkan untuk duduk kembali pada kepengurusan dalam Muktamar Ke-46 Muhammadiyah kali ini.

Anggota Dewan Pembina Nurcholish Madjid Society, Yudi Latif, saat dihubungi dari Yogyakarta, Minggu (4/7/2010), mengingatkan agar dalam memilih pemimpin, kader Muhammadiyah tidak terjebak dalam nama-nama besar elitenya. Nama besar bukan jaminan untuk mampu membawa Muhammadiyah menuju pembaruan (tajdid) memasuki abad ke-2 berdirinya Muhammadiyah. ”Muhammadiyah butuh pemimpin yang memiliki komitmen, ikhlas, tulus, dan mampu mengembalikan Muhammadiyah ke jalur pembaharuannya,” katanya.

Pemimpin yang memiliki komitmen kuat terhadap organisasi dipastikan tidak akan membawa Muhammadiyah dalam tarikan berbagai kepentingan. Tokoh seperti itu, meskipun tidak terkenal di kalangan publik, atau tokoh nasional, layak dipilih sebagai pemimpin. Namun, jika terpilih, ia harus didukung tim yang mampu menyuarakan aspirasi dan kepentingan Muhammadiyah.

Kriteria itu muncul dilandasi kegelisahan sebagian kalangan, termasuk kelompok internal Muhammadiyah, atas mandeknya semangat pembaruan.

Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq menegaskan, regenerasi Muhammadiyah merupakan sebuah keharusan. ”Muhammadiyah akan sulit terhindar dari krisis institusional jika kepentingan kaderisasi dan regenerasi diabaikan dalam muktamar,” katanya.

Saat ini Muhammadiyah terjebak dalam pelembagaan birokratisasi dan semakin pragmatis, sementara semangat pembaruan yang merupakan motor penggerak organisasi mulai menipis.

Karena itu, lanjut Fajar, diperlukan kepemimpinan kolektif baru yang konsisten menyuarakan pembaruan gerakan, mendorong akuntabilitas organisasi, dan menjaga institusi dari godaan politik praktis.

Kepala Pusat Studi Muhammadiyah dan Perubahan Sosial Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Asep Purnama Bachtiar, mengatakan sebanyak 39 calon tetap anggota Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu merupakan pilihan anggota tanwir atau lembaga perwakilan tertinggi Muhammadiyah yang berasal dari pengurus wilayah dan pusat. Banyaknya anggota PP Muhammadiyah yang dicalonkan lagi itu mencerminkan ada masalah dalam pembinaan organisasi.

PP Aisyiyah melayangkan nota keberatan kepada PP Muhammadiyah karena tak ada calon perempuan untuk kepemimpinan 2010-2015. ”Kontribusi Aisyiyah tidak dihargai dalam kepemimpinan kolektif Persyarikatan Muhammadiyah,” kata Sekretaris PP Aisyiyah Trias Setiawati, kemarin. (WKM/NTA/MZW/ARA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Nasional
    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Nasional
    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Nasional
    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

    Nasional
    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Nasional
    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Nasional
    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Nasional
    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com