Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muhammadiyah Masih Fokus pada Ritual

Kompas.com - 03/07/2010, 13:46 WIB

MALANG, KOMPAS.com — Muhammadiyah yang kini berusia satu abad dinilai masih fokus pada kegiatan ritual belaka. Padahal, cita-cita pendirinya, KH Ahmad Dahlan, adalah menjadikan organisasi ini sebagai gerakan sosial.

"Gerakan Muhammadiyah saat ini masih jauh dari harapan pendirinya," kata Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Prof Dr H Imam Suprayogo, di Malang, Jumat (2/7/2010).

Menurut dia, masalah ritual, seperti shalat di tempat terbuka atau masjid dan permasalahan klasik lainnya, sampai sekarang masih menjadi bahasan utama pergerakan Muhammadiyah. Padahal, masalah itu seharusnya bukan menjadi bahasan utama pergerakan ini.

"Saya menilai Muhammadiyah, yang dikenal sebagai organisasi pembaru, tentu persoalan keilmuan seharusnya perlu lebih ditekankan, bukan hanya pada gerakan ritual, meski hal itu penting," kata mantan anggota Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah ini.

Menjelang Muktamar ke-46 atau Satu Abad Muhammadiyah, kata dia, organisasi yang kini dipimpin Din Syamsudin itu perlu mengembangkan nilai-nilai Islam sebagai gerakan sosial, bukan sebagai gerakan ritual.

"Artinya, bisa memperluas wilayah ruang garap Islam sebagai agama dan peradaban. Ada lima hal yang perlu ditekankan, yakni Islam sebagai ilmu pengetahuan, pribadi atau akhlak mulia, sosial, ritual serta amal shaleh," katanya.

Imam, yang tercatat sebagai pemimpin pendidikan Islam cemerlang oleh Muri Indonesia (2006) tersebut, mengharapkan hasil muktamar nanti bisa lebih mengembangkan pribadi anggota Muhammadiyah di setiap daerah. Sebab, kekuatan organisasi ini sebagai gerakan bukan terletak pada pimpinannya, melainkan pada pribadi anggotanya di daerah.

"Saya rasa kekuatan Muhammadiyah sebagai organisasi bukan terletak pada siapa yang bakal memimpin nanti, melainkan pada pemberdayaan anggotanya di setiap daerah karena Muhammadiyah lebih menonjol pada pribadi tersebut, dan bukan pada gerakan organisasinya," katanya.

Oleh karena itu, ia tidak mempermasalahkan siapa yang bakal menjadi pemimpin pascamuktamar nanti. Sebab, hal tersebut akan sama saja jika tidak bisa mengembangkan pribadi anggotanya di daerah.

"Siapa pun pemimpin yang terpilih dalam muktamar nanti tidak akan memengaruhi gerakan Muhammadiyah di daerah karena pribadi anggota di setiap daerah akan tetap membuat Muhammadiyah maju," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com